KOTA CIREBON, (FC).- Pemerintah sudah mulai melakukan vaksinasi secara nasional, secara simbolis Presiden Jokowi dan petinggi negara lainnya menjadi salah satu yang pertama divaksinasi, beberapa waktu lalu. Sesuai arahan presiden, untuk daerah-daerah juga diharapkan pimpinan daerah yang pertama diberikan vaksin Covid-19, setelah itu kepada tenaga kesehatan (nakes).
Menanggapi hal tersebut, Wakil Walikota Cirebon Eti Herawati mengatakan, dirinya siap menjadi orang yang pertama divaksinasi Covid-19 di Kota Cirebon. Namun sebelumnya harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Pasalnya, perlu pemeriksaan hipertensi dan ada gangguan ringan pada jantung.
“Prinsipnya saya siap menjadi orang yang pertama divaksinasi Covid-19 di Kota Cirebon. Bila hasil pemeriksaan dokter saya diperbolehkan, maka tidak ada alasan untuk menolak vaksin, tegas Eti dihubungi FC, Minggu (17/1).
Pihaknya berpesan kepada seluruh masyarakat di Kota Cirebon, apabila vaksin sudah tersedia agar mau divaksin. Inj sebagai langkah penanganan di tengah wabah Covid-19 yang masih terus meningkat.
“Harapan kami pada seluruh masyarakat untuk tidak was-was lagi dalam melaksanakan vaksinasi ini. Karena ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memutus mata rantai Covid-19 di Kota Cirebon, Jabar maupun secara nasional,” ujarnya.
Eti juga menyebut jika vaksin merupakan solusi di tengah terhambatnya aktivitas masyarakat dalam menunjang perekonomian akibat pandemi Covid-19, sehingga vaksin dan protokol 3M+ merupakan solusi dari pemerintah dalam menyongsong aktivitas agar kembali normal.
“Rencananya vaksin akan datang tanggal 22, tapi vaksinasinya kemungkinan Hari Senin tanggal 25 Januari. Kami ingatkan juga masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan,” ucapnya.
Eti tidak sabar lagi untuk divaksinasi, mengingat dirinya yang dalam tugas keseharian berpotensi terpapar Covid-19. Belum lagi, pernah sejumlah asisten rumah tangga dan kerabatnya ada yang terpapar, jadi vaksinasi ini sebagai perlindungan dari Covid-19.
Sementara Kadinkes Kota Cirebon Edy Sugiarto juga menyatakan kesiapannya untuk pertama yang divaksinasi. Namun dirinya masuk sebagai orang komorbid atau memiliki penyakit penyerta, karena disamping masuk dalam orang yang kelebihan berat badan. Jadi kemungkinan tidak bisa divaksinasi.
“Kalaupun nantinya saya tidak divaksin karena masuk sebagai orang komorbid, ini lebih mengingat agar lebih ketat lagi dalam protokol kesehatan,” ungkapnya.
Selain komorbid, lanjut Edi, penyintas atau orang yang pernah terpapar Covid-19 dan sembuh tidak akan divaksin. Hal ini disebabkan dalam tubuh para penyintas itu sudah ada imun terhadap virus Covid-19. Tapi juga bukan artinya penyintas maupun yang sudah divaksin bisa bebas berkumpul atau berkerumun, melepas protokol kesehatan, justru harus menjadi contoh bagi yang lainnya.
Terkait Vaksin Sinovac, Edy menjelaskan vaksin ini sudah mendapatkan sertifikat halal dan suci dari MUI. Juga BPOM mengeluarkan izin darurat penggunaan vaksin ini, sehingga bisa diberikan kepada masyarakat. Vaksin Sinovac sendiri mempunyai efekasi 65 persen, sedangkan WHO menetapkan vaksin Covid-19 harus memiliki efekasi minimal 50 persen.
“Dan kita tahu apabila efikasi vaksin lebih rendah maka jumlah masyarakat yang divaksin lebih banyak seharusnya. Sehingga ini jadi tantangan negara-negara lain di dunia juga Indonesia. Kita akan kerja keras untuk itu,” tegasnya.
Dia menambahkan, vaksinasi di Indonesia juga akan menggunakan berbagai macam vaksin selain Sinovac. “Dengan melengkapi dengan vaksin-vaksin lain yang digunakan di dunia sehingga bisa membuat herd immunity bagi Indonesia,” pungkasnya.
Untuk diketahui, ada sejumlah pejabat di Kota Cirebon yang menjadi penyintas Covid-19. Diantaranya, Walikota Cirebon Nashrudin Azis, Sekda Agus Mulyadi, Wakil Ketua DPRD Fitria Pamungkaswati, Kepala Inspektorat Asep Dedi, Kadisdik Irawan Wahyono, Kepala DLH Kadini dan Kadinsos Santi Rahayu. (Agus)