KAB. CIREBON, (FC).- Bumi pertiwi lagi-lagi harus menangis akibat masalah kesejahteraan. Kondisi sulit ini dialami Rudi dan dua anaknya lelakinya.
Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, satu keluarga ini menjadi manusia silver dan mengais rezeki di Lampu Merah Pasar Sumber, Kabupaten Cirebon.
Tiap pukul 7 pagi hingga ba’da dzuhur, Rudi dan dua anaknya harus mengecat seluruh tubuhnya dengan cat berwarna silver dan meminta-minta di lampu merah.
“Pagi jam 7 jalan, sampai sini. Saya dan anak-anak cat dengan pewarna silver yang saya beli sebanyak 1/2 kilo untuk beberapa hari,” beber Rudi, Rabu (13/1).
Selaku kepala keluarga, Rudi mengungkapkan keinginan sebenarnya tidak melakukan hal ini. Namun, dikarenakan terdesak ekonomi, mau tidak mau dia jalankan profesi sebagai manusia silver ini sejak bulan puasa tahun 2020 lalu.
“Mulai dari puasa tahun kemarin, saya terpaksa karena kebutuhan banyak kalau saya malu saya gak makan mba, yang penting halal buat keluarga, apalagi dalam sehari paling tidak Rp230.000 itu keluar,” kata Rudi.
Sedangkan, sambung Rudi, profesi sebelumnya tukang ojek dengan pendapatan yang tak menentu membuat dirinya kebingungan bagaimana cara menghidupi istri dan ke 5 anaknya. Berbeda dengan saat ini menjadi manusia silver.
Rudi yang asli warga Kelurahan Wanacala, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon membeberkan penghasilan selama menjadi tukang ojek 2 hari tak ada bandingannya dengan manusia silver.
“Pas jadi tukang ojeg, nggak dapat seharian, atau kalau dapat itu Rp10.000 sampai Rp30.000. Tapi, pas jadi manusia silver bisa Rp100.000 lebih dan itupun nggak seharian,” jelas Rudi.
Sampai akhirnya, seorang kawannya dari Jawa Timur menawarkan dirinya untuk mengecat tubuhnya dengan cat silver, dan meminta-minta di lampu merah. Tentu, Rudi yang sudah terpentok pun akhirnya memilih jalan tersebut.
“Anak-anak ga saya paksa saya juga ga pengen, tapi mau bagaimana lagi. Yang sulung mau ikut bantu 2 bulan katanya minimal untuk jajan sendiri, dan yang nomor 3 dia pengen bantu orang tua saja, bahkan sekolah anak ketiga yang kelas 4 SD ini belajarnya sampai ketinggalan,” papar Rudi.
Apalagi, kata dia, kebutuhan sekolah anak pertamanya yang kini duduk dibangku 1 Sekolah Menangah Atas (SMA) yang turut membantu Rudi menjadi manusia silver pun, cukup banyak.
Ditambah dengan ke 4 anak Rudi lainnya yang masih Balita hingga Sekolah Dasar (SD).
“Anak saya yang SD ini dan SMA butuh hp untuk kuliah online, terpaksa hutang Rp3.000.000 sama orang lain, dan dicicil perbulan Rp30.000,” ucapnya kepada FC.
Adapun bantuan dari pemerintah hanya untuk ke-4 anaknya. Si bungsu dari kelima 5 anaknya yang memang bukan anak kandung ini ternyata tak mendapat bantuan apapun.
Jadi, mau tidak mau ia harus bekerja keras dalam menjalankan profesi ini meski, memang harus dihadapkan dengan pihak keamanan seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
“Mereka ngak bisa menghidupi kita dan kita pun ga minta ke mereka (Satpol PP) makanya saya terkadang melawan, apalagi memang kita juga ga memaksa pengendara yang lewat,” tegasnya.
Masih kata Rudi, ia pun sebenarnya merasa kasihan dengan kedua anaknya yang turut terjun ke jalan, karena sewaktu-waktu ketika ada Satpol PP anak-anaknya terbirit-birit lari untuk menghindari Satpol PP.
“Tapi, mau bagaimana lagi anak mau dan orang-orang sekitar seperti pemilik bengkel pun, tidak merasa terganggu dan mendukung sing penting selamat dan halal,”ucap Rudi pasrah.
Rudi berharap tidak dilarangnya untuk melakukan profesi sebagai manusia silver yang menjadi sumber kehidupan keluarganya. (Sarrah/Job/FC)
Discussion about this post