KAB. CIREBON, (FC),- Merugi tiap kali panen jamur, Lia Amalia tak begitu saja kehabisan ide. Wanita berusia 53 tahun yang juga merupakan seorang ibu dari 6 orang anak ini tak hanya mengubah Jamur Tiram menjadi kripik, melainkan berbagai produk kreatif, unik, dan sehat lainnya berlabelkan Mushi.
Resah dan gelisah begitu fikir Lia pada saat 6 tahun lalu. Sebab, selaku petani jamur dirinya dan beberapa petani merasa kesulitan meraup keuntungan, bahkan untuk modal budidaya jamur kembali.
“Setiap kali panen raya dan ketika menjelang lebaran itu jamur kan banjir. Sementara pasar tidak nerima, dan kita petani jamur selalu alami kerugian. Sampai akhirnya ibu kepikiran untuk membuat olahan,” ungkap Eli pada FC, Minggu (11/10).
Wanita yang sudah bergelut sebagai petani jamur sejak tahun 2014 ini acap kali tidak dapat menjual jamurnya. Begitupun dengan petani jamur lainnya, sehingga sering kali jamur yang tidak laku dipasaran akhirnya membusuk dan terbuang.
Eli menyampaikan, setiap kali panen raya jamur dari para petani acap kali terjual dengan harga yang tidak layak yaitu Rp5.000,- per kilo. Sedangkan, estimasi biaya yang diperlukan untuk pembibitan hingga panen bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan.
Dari situlah Eli berfikiran untuk membuat olahan jamur menjadi jamur crispy pada awal tahun 2018. Jamur crispy yang ia jual pun awalnya hanya dibungkus plastik dengan sebuah kertas kecil bertuliskan nama perusahaan miliknya Citra Rasa Utama dan daerah pembuatannya.
“Awalnya cuma dibungkus plastik saja trus dibawa anak ke sekolah dijual ke teman-temannya, juga ada tetangga yang ngejualin dan sampai akhirnya banyak tuh yang suka lalu berkembang terus hingga saat ini,” ujarnya.
Discussion about this post