KOTA CIREBON, (FC).- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cirebon mencatat sebanyak 110 kejadian bencana terjadi sepanjang Januari hingga September 2025.
Dari jumlah tersebut, pohon tumbang menjadi kejadian paling dominan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Cirebon, Andi Wibowo menjelaskan dari total 110 kejadian bencana, 54 di antaranya merupakan insiden pohon tumbang, disusul 31 rumah ambruk akibat faktor cuaca ekstrem dan kondisi bangunan.
“Total ada 110 kejadian sepanjang Januari sampai September 2025. Paling banyak didominasi pohon tumbang sebanyak 54 kejadian dan rumah ambruk sebanyak 31 kejadian,” ujar Andi kepada wartawan, Selasa (7/10).
Selain itu, BPBD juga mencatat 8 kejadian cuaca ekstrem, 7 kejadian banjir, 4 tanah longsor, 3 kebakaran lahan, 2 operasi SAR, serta 1 kejadian banjir rob.
Sepanjang September 2025, BPBD mencatat empat kejadian bencana di wilayah Kota Cirebon.
Dari jumlah itu, tiga kejadian berupa rumah ambruk, sementara satu kejadian lainnya adalah pohon tumbang.
“Dari peristiwa tersebut, tercatat tiga rumah mengalami kerusakan dan 11 jiwa terdampak,” ungkap Andi.
Ia menegaskan, data tersebut menjadi pengingat bahwa bencana bisa terjadi kapan saja. Karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan sigap dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem.
“Mari bersama-sama menjaga lingkungan, mengurangi potensi bahaya, dan segera melaporkan kejadian darurat melalui layanan BPBD Kota Cirebon,” ajaknya.
Menurut Andi, BPBD Kota Cirebon terus melakukan langkah-langkah proaktif dan terpadu dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Baca Juga: BPBD Kota Cirebon Uji Coba Peralatan Kesiapsiagaan Bencana
Upaya tersebut terbagi dalam tiga tahap, yakni pra-bencana (mitigasi dan kesiapsiagaan), tanggap darurat, serta pasca-bencana.
Pada tahap pra-bencana, BPBD fokus pada pencegahan dan pengurangan risiko, melalui berbagai langkah seperti pemetaan wilayah rawan bencana, termasuk daerah langganan banjir, longsor, dan rob.
Sosialisasi dan edukasi masyarakat tentang pentingnya pencegahan bencana serta menjaga kebersihan lingkungan.
Kerja bakti dan normalisasi saluran air bersama masyarakat serta koordinasi dengan BBWS Cimanuk–Cisanggarung untuk pengerukan sungai.
Selain itu, pembentukan Kelurahan Tangguh Bencana (Katana) agar masyarakat lebih siap menghadapi potensi bencana dan Apel dan gladi kesiapsiagaan bersama TNI/Polri, instansi pemerintah, Basarnas, dan relawan untuk menguji kesiapan personel dan peralatan.
“Seluruh langkah ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat sekaligus meminimalisir risiko kerugian saat bencana terjadi,” pungkas Andi. (Agus)












































































































Discussion about this post