KOTA CIREBON, (FC).- Meskipun memiliki gelar dan memangku posisi Sultan Keraton Kacirebonan ke X, Pangeran Sultan Abdul Gani Natadiningrat ternyata memiliki hobi jalan-jalan ke luar kota, makan di pinggir jalan, mall hingga memancing.
Hal ini disampaikan langsung oleh Sultan Keraton Kacirebonan, dia yang pernah beberapa tahun bekerja sebagai auditor di sebuah bank di Ibukota, kerap kali menghabiskan waktu dengan jalan-jalan keluar kota.
Jalan-jalannya ini mengunjungi beberapa keraton, seperti di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
“Kita pergi ke luar kota bersama keluarga. Selain liburan, kita juga studi banding,” ucapnya kepada FC, Minggu (4/4) sembari duduk di kursi.
Meskipun pada akhirnya tujuan dari bepergiannya adalah studi banding, baginya hal ini menjadi kesempatan untuk melepas penat setelah seharian atau berminggu-minggu di Cirebon, khususnya di dalam keraton.
Ada kesempatan yang dapat diambilnya untuk belajar sembari refreshing. “Memang tujuannya studi banding. Tapi kita disana juga refreshing. Dibawa santai saja lah,” kata Sultan.
Bukan hanya jalan-jalan ke luar kota, untuk sekedar melepas penat sehari-hari, dirinya bersama keluarga kerap menghabiskan waktu untuk jalan-jalan berburu kuliner di sekitaran Kota Cirebon.
“Kadang kangen makan di pinggiran jalan. Sekeluarga berangkat, tapi ya kadang ada yang ngenalin jadi sekalian ngobrol,” ungkapnya.
Sesekali makan di pinggir jalan, sempat waktu pun ia menyambangi salah satu mall di Cirebon. Bukan hanya berbelanja, dibeberkannya hal ini dilakukan agar urat syaraf tidak tegang.
“Sesekali kadang ke mall. Karena kondisi emang lagi Pandemi Covid-19 juga. Biasanya cukup sering makan di pinggir jalan atau jalan ke mall,” imbuhnya.
Bukan sekedar jalan-jalan pria yang tak bosan-bosannya mempelajari keanekaragaman budaya. Juga, memiliki hobi memancing dan beberapa hobi olahraga lainnya. Hobi ini ia sukai karena dirasa cukup menyenangkan.
“Seneng aja. Terus kadang olahraga, lari-lari kecil disini (halaman keraton),” tuturnya.
Banyak yang mungkin tidak diketahui masyarakat umum kalau Sultan juga gemar konsumsi kunyit. Ia merasa tubuhnya akan terjaga kesehatannya dengan rutin konsumsi kunyit.
“Saya suka minum jamu, wedang, dan minuman tradisional lainnya. Apalagi kunyit yang dihaluskan dan diseduh dengan air,” bebernya.
Baik sedang tidak fit ataupun sedang sehat, dirinya rutin meminum kunyit entah 1 atau 2 kali seminggu. Mencintai minum-minuman local, juga menyukai jus buah yang jaya akan khasiat, termasuk buah utuh itu sendiri.
“Saya suka durian kalau lagi musim. Kemudian pepaya dan melon,” ujar Sultan.
Meskipun menjadi Sultan di era globalisasi, selera pria yang miliki 3 orang anak ini masih lokal Cirebon. Meskipun ketiga anaknya kerap memakan fried atau crispy chicken.
Dirinya menyukai sayur mayur seperti sayur asem dan yang lainnya, dengan lauk pauk, dan lalaban pun selama tidak memiliki bau menyengat ia sangat menggemarinya.
“Hampir suka semua. Kecuali cucut, jengkol, dan pete. Tapi kalau pete itu di sambel goreng saya doyan,” katanya sembari terkekeh.
Miliki banyak hobi dan kesukaaan tak terduga. Sultan juga ternyata menyimpan kerinduan akan masa-masa sekolah dan kerja, baik lingkungan, kawan, dan suasana.
Namun dikarenakan adanya teknologi canggih, melalui pesan singkat WhatsApp sudah menjadi pengobat rindu dengan kawannya.
“Rindu pasti. Tapi, kan sekarang semuanya punya kesibukan masing-masing. Lagi pula, sudah ada whatsapp dan teknologi yang canggih,” jelasnya.
Dengan teknologi yang maju di era globalisasi ini, komunikasi lebih mudah antara personalnya.
Akan tetapi, menjadi tantangan besar juga bagi dirinya adalah bagaimana mempertahankan budaya dan nilai-nilai luhur agar dapat terjaga dan terpelihara di kalangan masyarakat, khususnya, Komplek keraton Kacirebonan.
“Beda memang dengan dulu. Makanya, menjadi tugas saya dan anak-anak untuk terus menjaga pedoman nilai luhur tetap terjaga,” katanya.
Karena hal itulah, ia selalu mengajak keluarga intinya terlebih dulu untuk selalu berkontribusi dan aktif dalam setiap kegiatan keraton.
Agar tumbuh benih cinta terhadap budaya, komunikasi antara anak dan orang tua disebutkannya menjadi kunci utama.
Duduk dan mengemban posisi Sultan, baginya adalah suatu kebanggaan dan amanah besar yang perlu dan penting ia jaga.
Meskipun begitu, ia berharap agar putranya kelak dapat lebih baik lagi darinya ketika memimpin dan mengemban tugas sebagai Sultan berikutnya. (Sarrah)