KAB. CIREBON, (FC).- Kesenian burok sudah diakui di kancah nasional berasal dari Cirebon.
Namun ada sejarah dimana kesenian burok diperkenalkan di kancah nasional oleh seniman burok asal Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon dengan seni burok dangdutnya.
Hal itu terungkap saat dilaksanakan festival kesenian burok yang ditempatkan di halaman balai Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Kamis (19/9).
Kuwu Desa Karangwangun, Taufik Islami, diakuinya bahwa kesenian burok asal muasalnya itu pertama kali ada di wilayah Kecamatan Gebang yang dahulu masih satu kecamatan dengan Kecamatan Babakan.
Catatan sejarah, bahwa kesenian burok diciptakan pertama kalinya oleh Ta’al, warga Desa Kalimaro, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon pada tahun 1920an.
Saat itu burok dibuat dalam bentuk bedawang semacam kurungan yang dihias dengan bentuk kepala burok dan bisa goyang.
Tetapi kesenian burok hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja, sehingga belum begitu dikenal masyarakat luas.
Saat itu dan di era 1970-an banyak seniman yang mencoba mempertahankan dan melestarikan kesenian burok dengan berbagai macam cara.
Salah satunya memadukan seni musik yang sedang digandrungi pada zaman itu yakni dangdut.
“Saat itu seniman H Mustofa dari Desa Pakusamben, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon memperkenalkan kesenian burok hingga ke wilayah Jakarta, Lampung, Medan bahkan sampai ke Bali dengan burok dangdutnya, hingga menjadikan Kesenian burok bisa dikenal di Nusantara,” jelasnya.
Lanjut dijelaskan Amy panggilan akrab Kuwu Taufik Islami, di era modern ini kesenian burok tak usang ditelan waktu.
Akan tetapi sebagai seni budaya asli dari Cirebon Timur ini, tentunya sebagai generasi saat ini perlu melestarikan dan mempertahankan kesenian burok agar tidak hilang dari muka bumi.
Walaupun diakui bahwa para seniman kesenian burok ini semakin ke sini banyak yang melakukan inovasi agar kesenian burok masih diminati dan digandrungi masyarakat.
Terutama saat mereka menggelar hajat khitanan anak ataupun lainnya. Akan tetapi juga banyak grup kesenian burok yang masih eksis, tetapi jarang pernah mendapat kesempatan untuk dipanggil oleh pemilik hajat karena persaingan antar grup kesenian burok.
“Salah satu tujuan festival kesenian burok ini adalah selain untuk mempertahankan dan melestarikan kesenian burok, juga untuk menghidupkan para pelaku seni burok terutama yang jarang pentas, dalam festival seni burok ini kita perkenalkan grup tersebut kepada masyarakat luas,” terangnya.
Lanjut dijelaskan Amy, manfaat lain dengan adanya festival kesenian burok ini adalah munculnya gairah daripada pelaku UMKM, di mana pelaksanaan festival kesenian burok yang digelar para penontonnya bukan saja dari Desa Karangwangun saja, akan tetapi dari desa lain dan bahkan dari luar Kecamatan Babakan.
Untuk itu pihaknya berharap pelaksanaan festival kesenian burok ini akan bisa terus dipertahankan secara rutin setiap tahun, pasalnya selain bisa melestarikan kesenian budaya juga banyak manfaat lain yang bisa dirasakan oleh masyarakat.
Di antaranya juga menjadi hiburan atau tontonan masyarakat yang mengasyikkan, karena menurutnya bahwa kesenian burok meski boleh dibilang sudah sangat berumur tetapi tidak pernah membosankan untuk dilihat.
“Kalau kita lihat burok itu sejak saya kecil hingga dewasa saat ini tidak pernah berubah, juga tidak pernah bosan untuk dilihat. Hal ini juga yang menjadi dasar masyarakat begitu antusias untuk melihat ketika ada pelaksanaan festival burok,” ungkapnya. (Nawawi)