KAB. CIREBON, (FC).- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Atap (DPMPTSP) Kabupaten Cirebon mencatat realisasi investasi tahun 2023 sebesar Rp3 triliun, dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 9.560 orang.
Kepala DPMPTSP Kabupaten Cirebon, Dede Sudiono mengatakan, capaian investasi tersebut melampaui target Rp2,9 triliun, atau terealisasi dengan persentase pencapaian sebesar 102 persen.
Capaian angka investasi tersebut diperoleh berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) Triwulan IV Tahun 2023 yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Berdasarkan klasifikasi baku lapangan usaha (KBLI), terdapat 5 sektor penyumbang investasi terbesar PMDN dan PMA di Kabupaten Cirebon.
Lima sektor tersebut yaitu Listrik, Gas dan Air, Industri Karet dan Plastik, Sektor Jasa Lainnya, Industri Tekstil, serta sektor Perdagangan dan Reparasi.
Dede mengatakan, Pemerintah Kabupaten Cirebon lebih mendorong investasi industri yang berorientasi pada pembukaan lapangan kerja yang lebih banyak.
“Kita memang berharap investasi yang masuk ke sini banyaknya yang industri padat karya,” kata Dede kepada FC, Selasa (6/2).
Investasi industri padat karya seperti industri tekstil, industri barang dari kulit dan alas kaki menunjukan tren peningkatan pesat dalam beberapa tahun ini.
Di tahun 2023, capaian nilai investasi Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki pada Triwulan IV sebesar Rp69 miliar. Lalu meningkat di Triwulan IV mencapai Rp117 miliar.
Industri kulit dan alas kaki ini berada di Kawasa Peruntukan Industri (KPI) wilayah Cirebon Timur yang menargetkan 25.000 tenaga kerja yang akan direkrut secara bertahap.
Begitu juga capaian investasi industri tekstil, data LKPM tercatat pada Triwulan III sebesar Rp81 miliar, naik signifikan hingga Rp206 miliar pada Triwulan IV.
Sekretaris DPMPTSP Kabupaten Cirebon, Uus menambahkan, selain padat karya juga berharap investasi industri yang masuk adalah industri yang ramah lingkungan.
Menurutnya, industri tekstil dimaksud di atas bukan industri pengolahan yang mengubah benang menjadi kain, melainkan industri yang bergerak membuat kain menjadi pakaian jadi atau garmen.
“Kalau tekstil dari dulu memang sudah kita stop, karena selain butuh banyak air, pencemaran lingkungannya cukup tinggi karena pewarnaan, pencelupan, dan kita mengerti betul bahwa kabupaten Cirebon tidak punya air banyak,” ujar Uus.
Keberadaan industri yang banyak tumbuh di Kabupaten Cirebon ini ada yang cabang dari pabrik dari luar kota maupun pabrik yang baru didirikan.
“Jadi ada yang buka cabang di sini, ada yang memang karena di sana (luar kota) sudah stagnan terus pindah ke sini,” ujar Uus. (Andriyana)