MAJALENGKA, (FC).- Tidak sedikit pemilik penggilingan gabah di Kabupaten Majalengka kesulitan memperoleh gabah kering giling (GKG) untuk memenuhi kebutuhan pasar, sebagian diantara mereka dengan terpaksa berhenti beroperasi sejak beberapa bulan terkahir ini.
Harga GKG saat ini telah mencapai Rp860.000 – Rp870.000 per kwintal, sedangkan harga jual beras ke pedagang hanya mencapai Rp12.700 per kg untuk jenis medium dan Rp13.200 per kg untuk beras premium.
Harga jual gabah tersebut sebetulnya dianggap tidak sebanding dengan harga jual beras, namun sebagian pengusaha memaksakan diri menjual beras dengan harga murah dengan alasan agar pelanggan tidak beralih ke pengusaha lain .
Menurut para pemilik penggilingan gabah, jika saat ini masih ada yang mampu mengirim beras ke luar daerah dengan harga Rp13.200 per kg itu adalah gabah stok lama hasil pembelian saat panen lalu disaat harga gabah masih terbilang murah dan gabah baru dijual sekarang. Sebab jika pembelian gabah saat ini dijual dengan harga pasar akan merugi besar.
Warpan pemilik penggilingan di Desa Ligung Lor Kecamatan Ligung, mengaku sudah beberapa bulan terakhir berhenti beroperasi karena harga gabah tidak sebanding dengan harga jual beras ke pedagang. Biasanya disaat musim paceklik Warpan melakukan pembelian gabah dari Indramayu dan wilayah Jatitujuh serta Kecamatan Kertajati, namun sekarang harga gabah melambung nyaris tidak terkendali, akhirnya daripada terus mengalami kerugian memilih berhenti giling.
“Sekarang menghentikan pengiriman ke pelanggan ke Karawang dan Jakarta, andai dipaksakan nantinya akan merugi,” ungkap Warpan, Selasa (9/1).
Sementara Mukasan pemilik penggilingan Sumber Tani di Desa Pangkalanpari, Kecamatan Jatitujuh masih bisa melakukan pengiriman beras ke Karawang dan Subang dengan harga jual Rp13.200 per kg, namun proses penggilingan tidak selancar sebelumnya
Pada Selasa (9/1) dia mengirim beras ke Karawang sebanyak 10 ton. Pengiriman masih dilakukan secara rutin untuk menjaga hubungan dengan pelanggan khawatir lepas dan beralih ke pengusaha lain.
“Inpas saja biaya operasional dengan harga jual jika melihat harga gabah saat ini.” katanya. Mukasan
pengusaha lainnya di Kelurahan Tarikolot menyebutkan, dirinya hanya mampu melakukan penggilingan seminggu sekali itupun tidak sesuai dengan kapasitas mesin karena gabah yang tidak ada.
“Sekarang saja hampir dua minggu baru memperoleh empat ton gabah, mau digiling tanggung, tidak digiling permintaan beras sudah ada.” ungkap Saif
Dia menyebut, memaksakan melakukan giling dan menjual dengan harga yang dianggap murah karena memenuhi permintaan pelanggan, jika pelanggan dilepas maka akan beralih ke pengusaha lain.
“Sekarang menjual dengan harga Rp13.000 itu sebetulnya tidak ada untung, dari dedak juga kurang, biasanya hasil penjualan dedak untuk kesejahteraan pekerja, sekarang mah susah. Tapi kalau tidak giling dan pelanggan tidak dilayani pasti akan pindah ke yang lain yang bersedia menjual harga Rp13.000, karena dengan harga gabah Rp 850.000 kwintal, maka per kg harga jual minimal Rp 13.200, itu jika gabahnya bagus,” kata Saif.
Dia mengaku aneh sekarang pengusaha penggilingan seolah saling menjatuhkan harga padahal harga gabah sangat mahal.
Yahya pengusaha lainnya mengatakan, sudah hampir sebulan berhenti beroperasi karena sulit mendapatkan gabah, sementara harga jual beras masih tetap murah.
“Sekarang informasinya harga gabah sudah mencapai Rp870.000 per kg, kemari ketika saya mulai berhenti membeli dan menggiling gabah harga masih Rp850.000 per kwintal. mencari gabah sangat sulit, bahkan sampai ke Indramayu juga gabah susah di dapat),” ungkap Yahya. (Munadi)
Discussion about this post