KAB. CIREBON, (FC).- Kompetisi dan daya saing antar wilayah (daerah) dalam menarik investasi, kian ketat. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Cirebon Dede Sudiono pun mendorong agar Kabupaten Cirebon fokus pada sektor-sektor investasi yang berdampak langsung terhadap perekonomian lokal, seperti pengolahan hasil pertanian, logistik, serta industri kreatif dan pariwisata.
“Jangan selalu berharap pada investasi besar dari luar negeri. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) juga penting, apalagi yang berbasis potensi lokal. Kita harus lebih aktif mendampingi pelaku usaha lokal agar naik kelas,” kata Dede, Senin (16/6).
DPMPTSP Kabupaten Cirebon mencatatkan realisasi investasi hingga triwulan pertama tahun 2025 sebesar Rp878.31 miliar atau 24,81 persen dari target yang ditetapkan dengan jumlah tenaga kerja terserap 5.564 orang. Sektor industri barang dari kulit dan alas kaki mencatatkan diri sebagai penyumbang tertinggi investasi, yaitu Rp193,45 miliar.
Menurut dia, dari total realisasi tersebut, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendominasi dengan nilai Rp530,73 miliar, sementara Penanaman Modal Asing (PMA) berkontribusi sebesar Rp347,58 miliar.
Dede mengatakan, target realisasi investasi tahun lalu (2024) terealisasi 99 persen dari nilai target Rp3.270 triliun terealisasi Rp3.116 triliun. Tahun ini pihaknya ditargetkan sebesar Rp3.350 triliun terealisasi hingga triwulan pertama sudah Rp878.31 miliar.
“Hambatannya adalah masih banyaknya perusahaan yang belum melaporkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM), juga ada beberapa PMA yang Amdal/UKL UPL nya belum selesai, karena kewenangan pemerintah pusat,” kata Dede Sudiono, Senin (16/6).
Namun demikian, pada saat pelaporan LKPM, dilakukan bersamaan dari seluruh Indonesia, sehingga terjadi trouble atau error pada sistem Online Single Submission (OSS) yang dikelola oleh BKPM.
Data laporan LKPM itu pun akhirnya tidak terinput dan tercatat oleh BKPM. Ketika sudah bisa diakses, penginputan pelaporan pada sistem OSS sudah ditutup karena waktunya terbatas hanya 10 hari.
“Jadi laporan itu tidak tercatat dan akhirnya capaiannya investasi tidak tercapai. Karena itu tadi, faktor aplikasi OSS yang berbarengan seluruh Indonesia dari 500 kota kabupaten,” ujar Dede.
Belum Optimalnya Kesiapan Kawasan Industri
Faktor lainnya yang bisa menghambat realisasi investasi tahun ini, yakni belum optimalnya kesiapan kawasan industri di wilayah Kabupaten Cirebon. Di beberapa titik, kata dia, akses jalan, pasokan energi, hingga konektivitas digital belum mendukung ekspansi investor yang telah masuk.
“Kami punya kawasan industri, tetapi saat dicek ke lapangan, sebagian masih belum siap. Ini berdampak pada kepercayaan investor dan kecepatan mereka menanamkan modal,” katanya.
Berangkat dari hal tersebut, ia menegaskan perlunya sinergi lintas sektor agar seluruh kebijakan daerah sejalan dalam mendukung kemudahan berusaha dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
“Kalau satu pihak menarik investasi, tetapi yang lain membuat kebijakan yang tidak sinkron, itu jadi hambatan. Maka harmonisasi antarperangkat daerah sangat penting,” ujarnya.
Selain itu, dalam rangka mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo, Pemkab Cirebon juga akan memperkuat sinergi mewujudkan jaminan iklim investasi daerah yang kondusif.
“Dibutuhkan kondusifitas wilayah untuk dapat menarik investor baru,” tegas Dede.
Sebelumnya Bupati Cirebon, Imron, menginstruksikan kepada seluruh kepala perangkat daerah untuk mempermudah izin investasi di Kabupaten Cirebon.
“Kami ingin seluruh kepala perangkat daerah untuk turut aktif membantu dan memudahkan para investor untuk berinvestasi di Kabupaten Cirebon,” kata Imron, kemarin.
Imron mengungkapkan, Kabupaten Cirebon memiliki beragam potensi, sehingga perlu dioptimalisasi untuk kemajuan Kabupaten Cirebon. Dirinya meminta masyarakat untuk terbuka menyambut investasi yang masuk ke Kabupaten Cirebon. (Ghofar)
Discussion about this post