KUNINGAN (FC).- Aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan mahasiswa sempat ricuh di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kuningan, Sabtu (24/8).
Aksi dorong-dorongan antara mahasiswa dengan aparat kepolisian yang berjaga sempat terjadi. Bahkan mahasiswa sempat menjebol barisan kepolisian, hingga nyaris merobohkan pintu gerbang gedung dewan.
Aksi dorong-dorongan terjadi beberapa kali, hingga akhirnya massa melakukan aksi pembakaran ban bekas. Api berkobar hebat sehingga menimbulkan asap pekat.
Khawatir membahayakan, petugas kemudian berusaha memadamkan kobaran api tersebut.
Namun, saat petugas berusaha memadamkan api dengan APAR, lagi-lagi bentrok tak terelakan. Bentrokan pun terjadi, namun tak berlangsung lama.
Bahkan terlihat beberapa kali Kapolres Kuningan AKBP. Willy Andrian turun langsung menemui massa aksi di lokasi demo, termasuk dengan Ketua DPRD Kuningan Nuzul Rachdy.
Keduanya mencoba menenangkan aksi mahasiswa agar berlangsung damai.
Mahasiswa terus menyuarakan aspirasinya, termasuk meminta seluruh massa aksi masuk ke dalam gedung dewan. Hanya permintaan itu ditolak, karena yang diizinkan hanya perwakilan sebanyak 10 orang.
“Kami minta agar semua masuk ke dalam pak. Kami tidak mau perwakilan, kami datang ke sini jauh-jauh ingin berdiskusi di dalam,” kata salah seoarang mahasiswa.
Tak hanya itu, orasi mahasiswa juga menyebutkan jika DPR itu jangan menjadi Dewan Pengkhianat Rakyat, yakni mengatur undang-undang dengan semena-mena.
“Mereka tidak mempertimbangkan aspirasi yang disampaikan rakyat. Hari ini, detik ini kita bela panas-panasan, tapi mereka hanya duduk ngopi saja, apa itu yang dinamakan perwakilan atau pengkhianatan kawan-kawan,” kata mahasiswa perwakilan dari BEM Unisa.
Sementara seorang mahasiswa dari BEM Universitas Muhamadiyah Kuningan merasa heran, karena demokrasi diciderai oleh kepentingan kelompok yang hendak menganulir putusan MK soal ambang batas pencalonan Pilkada 2024.
“Kami dari berbagai aliansi mahasiswa, turun ke jalan untuk berjuang terhadap tegaknya demokrasi bangsa Indonesia. Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia, hidup perempuan yang melawan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kuningan, Nuzul Rachdy saat menemui para mahasiswa menyampaikan, jika hari ini memang negara sedang tidak baik-baik saja.
Aksi mahasiswa ini adalah wujud nyata melawan tirani dan ketidakadilan berdemokrasi.
“Saya yakin teman-teman mahasiswa membawa aspirasi rakyat Indonesia. Saya sadar betul, bahwa negara kita sedang tidak baik-baik saja,” kata Zul
Zul secara tegas, akan mendengar semua aspirasi mahasiswa dan akan diperjuangkan ke tingkat pusat.
Zul mengucapkan, rasa terimakasih atas aksi kawal putusan MK ke gedung dewan. Meski terjadi beberapa insiden, namun ini masih dimaklumi.
“Ya semuanya berjalan kondusif lah. Saya apresiasi juga kepada petugas baik Polri, TNI, Satpol PP dan keamanan Sekretariat DPRD karena bisa mengendalikan emosi peserta aksi,” jelas Zul.
Intinya, Nuzul beranggapan, bahwa apa yang disampaikan mahasiswa merupakan aspirasi dari rakyat Indonesia. Yakni tuntutan terhadap Putusan MK Nomor 60 dan 70 yang harus dikawal.
“Saya sependapat dengan mahasiswa, bahwa Keputusan MK harus dikawal. Saya sangat sepakat dengan perjuangan mahasiswa,” ujar Zul
Namun tanggapan dari Ketua DPRD Kuningan tidak digubris, karena keingin para mahasiswa tidak dituruti, sehingga mereka memilih membubarkan diri, dan mengancam akan melakukan aksi lebih besar lagi.
“Kami nyatakan mosi tidak percaya kepada DPRD Kuningan. Kami akan kembali melakukan aksi ini dengan jumlah yang lebih besar,” kata salah seorang orator.
Secara tertib, ratusan mahasiswa membubarkan diri dengan berjalan kaki. Pihak kepolisian sebetulnya memfasilitasi mahasiswa, dengan menyediakan kendaraan untuk pulang ke kampusnya.
Namun mahasiswa menolak, dan tetap berjalan kaki seperti awal saat menuju gedung dewan. (Ali)