KOTA CIREBON, (FC).- Di usianya yang baru menginjak 10 tahun, sederet prestasi telah diraih putri kelahiran 2 Juni 2011, Juniar Nur Na’imah. Berbagai event lomba tari kerap diikutinya di tingkatan lokal.
Terus berlatih menari sudah menjadi bagian aktifitas keseharian dari siswi kelas IV SD Pamitran Kota Cirebon ini.
Beberapa tari tradisional bertekad dia kuasai dengan terus berlatih, mulai dari Tari Topeng, Sintren, Tari Ronggeng Pesisir, Tari Mandala Yudha, hingga Tari Jaipong khas Jawa Barat.
“Sekarang lagi pengen bisa belajar nari Nyi Mas Gandasari,” ungkap gadis cilik ini
Tak hanya melatih gerak tari, tetapi juga belajar mengenal sejarah budaya tarian tersebut.
Diantaranya seperti tari topeng Cirebon yang memiliki 5 jenis karakter yaitu Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung, dan Kelana.
Tak ada darah seni yang mengalir dari orang tua maupun kakek neneknya. Ketertarikan Juniar mengagumi seni tari khas Cirebon berawal dari melihat di Youtube.
“Pertama kali itu lihat di Youtube, belajar tari Samba,” kata sang Ibu, Berlian Mateliana kepada FC, Sabtu (3/4).
Setelah menonton Youtube itu, Juniar termotivasi dan meminta ibunya untuk mencarikan Sanggar Tari.
Sang Ibu pun mencarikan sanggar tersebut demi memenuhi minat positif sang anak yang mencintai budaya daerahnya. Saat itu Januar baru saja lulus TK dan hendak mau masuk SD.

Setelah mencari informasi dan mendatangi beberapa sanggar tari, akhirnya menemukan pilihannya. Januar masuk didaftarkan ke Sanggar Sekar Pandan yang ada di Keraton Kacirebonan.
Belajar menari di sanggar dimulai dari tari topeng Panji. Seiring berjalannya waktu, Juniar pun mulai memberanikan diri ikut lomba seni tari yang diadakan oleh salah satu toko asesoris pakaian di Kota Cirebon.
“Pertama ikut lomba gak pernah menang. Tapi dia gak pesimis. Neng bisa, neng bisa, akhirnya Alhamdulillah dia bisa menang,” ucap Berlian, menirukan ucapan anaknya yang biasa dipanggil Neng.
Berkat ketekunannya berlatih dan mengikuti berbagai lomba tari, akhirnya berbuah hasil menggapai prestasi, mulai dari juara harapan, juara favorit, hingga juara 1.
Keberhasilan Juniar tentunya tak lepas dukungan kedua orang tuanya, yakni Abdul Malik Rasyid dan Berlian Mateliana.
Selain kerap mengikuti lomba tari, Juniar pun kerap diminta pentas di acara resmi yang digelar kantor instansi pemerintah daerah.
Juniar masih ingat saat pertama kali ia pentas, yakni di acara hajatan. Setiap kali pentas di acara hajatan ia senang karena selalu dapat saweran.
Uang yang didapat hasil saweran itu Juniar kumpulkan, dan dia gunakan untuk membeli perlengkapan asesoris pakaian tari topeng, seperti Sobra dan Rawis. (Andriyana)
Discussion about this post