KOTA CIREBON, (FC).- Salah satu permainan musiman yang dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa adalah bermain layang-layang. Permainan ini kerap kali dimainkan saat musim kemarau dan angin kencang, dapat dimainkan di lapangan terbuka ataupun dipekarangan rumah.
Nah, termasuk di Cirebon dan sekitarnya saat ini masuk musim kemarau dan cukup berangin. Sehingga banyak orang main laying-layang.
Hal ini tentu saja berkah bagi penjualan layang-layang. Bahkan, karena besarnya permintaan, grosir penjual layang-layang H. Yusuf yang berlokasi di RT 03 RW 01, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon kehabisan stok.
Pemilik grosir layang-layang sampai menempelkan pengumuman dengan tulisan stok layangan habis.
“Sejak tiga bulan lalu, musim layang-layang terasa. Sampai stok layangan kami habis. Bahkan, sudah tiga minggu stok layang-layang kami gak ada. Benang gelasan juga hanya tinggal beberapa biji,” jelasnya.
Yusuf yang juga memproduksi layang-layangnya sendiri mengaku, layangan yang dijual olehnya ini, sebagian buatan sendiri dengan brand layangan A. ALIF. Namun, saat layangan buatannya sendiri habis, pihaknya juga belanja dari wilayah Bandung.
“Biasanya, kami dua bulan bisa membuat 2000 layangan. Tapi sejak ada komunitas layangan, laku. Sekarang libur sekolah tahun 2025, layang-layang sangat musim, hingga kita kehabisan stok. Kita belanja 60.000 layangan cepat habis,” terangnya.
Bahkan, saking banyaknya orang yang bermain layang-layang, grosir layang-layang yang di wilayah Bandung juga kehabisan stok. Sampai Yusuf pun kini tidak bisa membeli layang-layang dalam jumlah banyak.
“Di Bandung juga kehabisan stok, karena permintaannya banyak. Jadi kita juga tidak ada stok layangan lagi selama 3 minggu. Buat sendiri juga hasilnya terbatas, sehari saya sendiri cuman dapat 25 biji, itu cepat habis,” tandasnya.
Yusuf bercerita awal dirinya menjadi pengrajin layang-layang. Tepatnya 25 tahun yang lalu, anaknya sangat suka bermain layang-layang. Bahkan, sering kali membeli layang-layang.
Yusuf kemudian berinisiatif untuk membuat layang-layang sendiri agar anaknya tidak membeli layang-layang. Dengan modal bambu, lem, dan benang untuk menjahit, Yusuf menekuni untuk membuat layang-layang.
Namun tak terasa, layang-layang yang dibuat olehnya, sampai cukup banyak. Sehingga, layang-layang pun ditaruh di warung, agar dijual. Tidak menyangka, layang miliknya cukup laku, bahkan permintaan semakin banyak. Hingga 25 tahun berlalu, Yusuf masi menekuni untuk membuat layang-layang.
“Dijual di warung ternyata laku. Jadi saya melanjutkan dan peminatnya banyak. Sampai sekarang yang beli dari wilayah Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Indramayu juga ada yang beli ke saya,” tandasnya. (Agus)
Discussion about this post