KAB. CIREBON, (FC).- Paguyuban Pangeran Mancur Jaya bersama warga menggelar kegiatan bersih – bersih di situs Balong Keramat Pangeran Mancur Jaya, Desa Kertawinangun, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Minggu (8/9).
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian sebelum dilaksanakanya ritual memandikan dan mengganti kain kafan kayu mati Buyut Perbatang di puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 19 Rabiul Awal (23 September 2024) mendatang atau sepekan setelah panjang jimat di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.
Menurut Juru Kunci Situs Balong Keramat Pangeran Mancur Jaya, Raden Suparja mengatakan, kayu mati Buyut Perbatang mempunyai sejarah panjang dan sudah terdaftar dalam situs kepurbakalaan dan masuk dalam sebuah benda cagar budaya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
“Kayu keramat itu ditemukan Pangeran Mancur Jaya di tempat ini, dan setiap tahunya selalu diperingati saat bulan Maulid, yaitu adanya ritual pengangkatan buyut kayu perbatang yang ada di dalam kolam,” ujar Raden Suparja kepada Fajar Cirebon.
Ia mengatakan, Pangeran Mancur Jaya merupakan seorang tokoh pada era Kasultanan Cirebon. Cerita penemuan kayu itu dimulai saat Cirebon dilanda kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan.
Pangeran Mancur Jaya mendapat perintah dari Sultan Cirebon pada masa itu untuk mencari sumber mata air. Selanjutnya Pangeran Mancur Jaya pun berkelana ke arah barat Keraton Cirebon dan sampai di kawasan hutan belantara yang kini menjadi wilayah Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon.
“Pangeran Mancur Jaya beristirahat dan menemukan batang kayu yang tampak hidup,” kata Raden Suparja.
Rupanya kayu itu pernah menjadi tempat duduk Pangeran Walangsungsang, pendiri Cirebon, saat bertapa di kawasan itu. Menurutnya, Pangeran Mancur Jaya saat itu mengambil dan menghentakkan kayu tersebut ke tanah. Tiba-tiba memancarlah air dari sela-sela tanah yang dihentak oleh kayu tersebut.
Benturan kayu dengan tanah yang menimbulkan bunyi “tuk” sehingga tempat ditemukannya kayu itu dinamakan Desa Tuk yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon. “Tapi karena pemekaran wilayah beberapa tahun lalu tempat ditemukannya kayu itu menjadi Desa Kertawinangun, bukan Desa Tuk lagi,” ujar Raden Suparja.
Diketahui Desa Kertawinangun merupakan pemekaran dari Desa Tuk yang dibagi menjadi dua wilayah, yakni Desa Kertawinangun dan Desa Tuk yang letaknya bersebelahan.
Tempat ditemukannya mata air itupun dibangun pedukuhan yang kini menjadi Desa Tuk yang penamaannya diambil dari bunyi yang ditimbulkan kayu saat membentur tanah.
“Mata air itu dibangun kolam agar masyarakat lebih mudah mengambil airnya dan kolamnya sekarang menjadi situs ini,” kata Raden Suparja.
Meski demikian, kata Raden Suparja, Situs Balong Keramat Pangeran Mancur Jaya ini sudah bertahun – tahun tidak pernah mendapat perhatian serius dari pemerintahan setempat, baik tingkat desa maupun Pemkab Cirebon. Sehingga, kata Raden Suparja setiap tahun pihaknya bersama Paguyuban Pangeran Mancur Jaya, dan Karang Taruna selalu mencari dana sendiri bahkan untuk perawatan seperti ini.
“Hari ini dilaksanakan bersih – bersih dan cat pagar bata atau istilahnya rerawat untuk menghadapi ritual tahunan, semuanya mandiri, tidak ada suport pemerintah,” kata Raden.
Raden berharap agar pemerintah setempat mulai bersimpati dan beri bantuan dana untuk keberlangsungan situs ini, agar anak cucu tahu bahwa peninggalan leluhur masih terjaga dan terawat.
“Belum ada yang mensupport, baik dari Disbudpar yang lain, belum ada kabar baik untuk acara yang setiap tahun kita adakan. Ini sudah puluhan tahun yang lalu kita laksanakan, karena satu satunya situs cagar budaya di Kedawung cuma satu yang diakui, yang sudah tercatat di dinas maupun Balai Pelestarian Cagar Budaya Wilayah 9 Jawa Barat, jadi saya berharap dukungan dari pemerintah,” pungkasnya. (Johan)