MAJALENGKA,(FC), – Ada yang unik di objek wisata (Obwis) Situ Sangiang yang terletak di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka.
Di tempat ini ada pohon yang cukup menarik perhatian pengunjung. Pohon di Situ Sangiang ini memiliki ciri khas dengan batang yang bercabang menjadi 8 bagian.
Kemudian di bagian atasnya menyatu membentuk satu tubuh yang kokoh. Pohon berukuran besar ini menjulang ke atas seperti gapura.
Pohon ini belum diketahui usianya secara pasti, namun disinyalir sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
“Wah itu mungkin bukan ratusan tahun lagi kalau menurut saya. Karena lama banget, gede banget. Jadi saya juga kurang ngerti kalau untuk usia berapa gitu, udah lama banget mungkin, udah tua,” kata seorang tokoh Masyarakat desa setempat, Diding Jaenudin, Kamis (13/2).
Mengenai asal-usul pohon yang memiliki 8 batang tersebut, Diding menjelaskan, awalnya pohon ini hanya memiliki 7 batang, namun seiring berjalannya waktu, sebuah akar baru menjulur dan tumbuh menjadi batang yang kedelapan.
Konon, pohon ini tumbuh dengan cara yang tidak biasa, mungkin karena adanya pohon lain yang menjadi inang atau karena faktor lingkungan.
“Terus kenapa kok pohon itu ke atasnya jadi satu (batang pohon), ke bawahnya jadi 8 (batang pohon) gitu ya. Kalau menurut yang saya pernah perhatikan gitu, itu dulu bukan 8, cuma 7. Cuma ketika ada akar yang menjulur dari atas ke bawah gitu ya, ada orang yang iseng lah. Coba kita tancapkan nih siapa tau ini bakal berubah jadi gede gitu ya. Maka disimpan lah, baik-baik gitu. Dan alhamdulillah jadi sekarang udah gede, jadi hampir menyamai yang awal gitu,” jelas Diding.
Diding menjelaskan, fenomena ini juga diduga disebabkan oleh jenis pohon yang bisa tumbuh saling mengikat dengan pohon lain, seperti pohon nunuk yang bisa tumbuh pada batang pohon lain.
Meskipun terdapat berbagai teori mengenai asal-usulnya, pohon ini tetap menjadi simbol kebanggaan masyarakat Sangiang.
“Kalau menurut para peneliti yang melihat dari keadaan struktur dari pada pohon tersebut, kemungkinan besar itu adalah bukan pohon yang asli ditanam di sana atau tumbuh di sana. Jadi dulu mah mungkin ada satu pohon yang dia itu inangnya ikut-ikut ke pohon aslinya gitu. Nah jadi kan sekarang juga banyak yang seperti itu ya, yang ikut di pohon gitu. Karena kan pohon nunuk bisa tumbuh di pohon juga,” tuturnya.
Jadi yang menjulai ke bawah itu kata Diding, mungkin orang-orang yang suka ngurus di sana menancapkannya supaya lebih kelihatan indah. Tapi Wallahu a’lam kita juga nggak tahu yang jelas, ini merupakan kebanggaan buat orang Sangiang,” sambungnya. (Munadi)
Discussion about this post