INDRAMAYU, (FC).- Harga kedelai impor sudah beberapa bulan belakangan ini masih tinggi.
Hal ini membuat sejumlah produsen tempe di Kabupaten Indramayu berencana menghentikan produksinya.
Salah seorang produsen tahu tempe Roheti di Blok Bungkul Kelurahan Indramayu, mengatakan, sebelum ada kenaikan hargaa kedelai yang menjadi bahan bakunya senilai Rp6.000 perkilonya.
Namun entah kenapa harganya naik tiap minggunya, sekarang menjadi Rp10 ribu perkilonya.
“Dari akhir tahun kemarin harganya naik tiap minggunya. Hal ini tentu memberatkan dirinya sebagai pembuat tahu tempe,” jelasnya kepada FC, Selasa (23/2).
Disebutkannya, kenaikan kedelai ini ditambah dengan ongkos produksi dan lainnya, tidak akan masuk pada harga jual tahu tempe.
Kalau dipaksaka, harga jual juga harus naik. Ini karena produsen harus menutupi biaya produksi dan sedikit keuntungan.
Dikatakannya, tidak memungkinkan dirinya untuk menaikan harga, karena pastinya konsumen keberatan juga.
Apalagi daya beli konsumen juga menurun karena pandemi Covid-19 ini.
“Dulu, untuk tempe saja harga perbungkus atau kotak Rp6.000, bila dimasukan dengan kenaikan kedelai bisa mencapai Rp10 ribu. Tapi susah untu jual hargaa segitu,” ungkapnya.
Disebutkannya, untuk berproduksi tiap harinya membutuhkan sedikitnya lebih dari 3 kuintal kedelai. Sedangkan kedelai tersebut berasal dari pemasok, berjenis kedelai impor.
“Kedelai lokal ada, tapi kurang bagus bila dibuat tempe. Nantinya malah rugi,” pungkasnya.. (Agus)
Discussion about this post