MAJALENGKA,(FC). – Metode dakwah para da’i (mubalig,-red) harus dapat menyesuaikan dengan kondisi zaman. Di era digital seperti sat ini, pemanfaatan media sosial (medsos,-red) dengan sasaran dakwah generasi milineal harus menjadi skala prioritas.
Sebab, pengguna internet setiap tahunnya terus mengalami lonjakan dan Indonesia akan dihadapkan pada Bonus Demografi pada tahun 2025-2030.
Hal itu diungkapkan Ketua Lembaga Ta’alif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Majalengka, ketika menjadi narasumber dengan tema konten kreatif pada kegiatan Pelatihan Kader Da’iyah (PKD) yang digelar Pengurus Cabang Fatayat NU Kabupaten Majalengka, di Kantor PCNU setempat, Sabtu (27/2).
Menurut alumni IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini, berdasarkan berita dari media mainstrem saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat menjadi 196,7 juta jiwa hingga kuartal II tahun 2020.
Sebelumnya, pada 2018 lalu, pengguna internet hanya 171,2 juta jiwa..Hal itu diketahui berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
“Dari 171 juta di tahun 2018, penetrasi naik sekitar 25,5 juta pengguna. Mayoritas seluruh responden menggunakan internet selama lebih dari 8 jam dalam sehari. Alasan pertama penggunaan medsos 51 persen, kedua komunikasi lewat pesan, ketiga bermain games, keempat belanja online,”ucap alumni Ponpes Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon ini.
Dari kenyataan itu, lanjut Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Majalengka ini, disimpulkan bahwa di era kecanggihan teknologi ini para dai, ulama, mubalig dan cendikiawan harus mengubah cara dakwahnya, agar lebih memanfaatkan sosial media sebagai media dakwahnya.
“Harus diakui, di era modern ini, para dai dalam berdakwah harus mengubah cara cara konvensional dengan cara memaksimalkan menggunakan medsos sebagai media dakwah dengan kemasan menarik dan unik. Itu dapat dilakukan melalui vlog, podcast, youtube, WhatApp, instagram, twitter, facebook, dan lainnya. Dengan membuat konten-konten dakwah yang menarik, unik, gaul namun tidak menghilangkan esensi dari pesan dakwah yang akan disampaikan,” tambah alumni Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini.
Selain itu, lanjut ayah dua orang anak ini, Indonesia pada tahun 2025 hingga 2030 akan mengalami bonus demografi. Yaitu jumlah usia produktif sangat banyak di seluruh dunia.
Berdasarkan data statistik, jumlah kalangan usia produktif (generasi milenial,-red), mencapai lebih dari 40 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
“Mereka kelompok generasi yang dibesarkan di era revolusi digital. Seluruh hidupnya dihabiskan untuk berinteraksi secara virtual melalui media sosial.Intinya mereka adalah anak teknologi. Mereka tidak bisa berpisah dengan gadget, karena seluruh kesenangan dan kebutuhan hidupnya ada pada smartphone yang dimilikinya,” katanya.
Tak hanya itu, generasi milenial ini juga karakternya suka hal-hal instant, cepat, tidak mau ruwet, sederhana dan simpel.
Apapun yang mereka butuhkan, semua tersedia dengan cepat melalui bantuan media yang sangat cepat pula.
Pola semacam ini sudah dilakukan oleh beberap ustad dan ustadah yang sering tampil di medsos seperti Ustad Adi Hidayat, Ustad Abdul Somad, Gus Baha, Ustadah Oki Agustisna, dan ustad yang lainnya.
“Ini menjadi tantangan bagi para da’i agar lincah dalam menggunakan sosial media sebagai media komunikasi. Dai harus mampu mengembangkan dakwah secara menarik dan mudah dipahami sesuai dengan karakter generasi milenial,” paparnya.
Ditempat yang sama, Ketua PC Fatayat NU Majalengka, Hj Ufik Rofiqoh menuturkan, tujuan pelaksanaan kegiatan ini untuk meningkatkan wawasan pengetahuan terkait beragam hal.
Apalagi dalam kondisi semacam ini metode dakwah harus mampu menyesuaikan dengan kondisi zaman.
“Kegiatan ini diantaranya bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta, terutama dalam hal berdakwah. Terutama sebagai ajang pembelajaran sikap dan perbuatan serta memberikan rasa percaya diri untuk tampil di depan umum,” katanya.
Harapan dari kegiatan ini, sambung dia, para kader atau peserta ini bukan hanya mampu berdakwah lewat mimbar.
Namun dapat dilakukan dimana saja dan media apa saja dalam kehidupan ini melalui konsep dakwah kekinian. Sebab bicara dakwah itu merupakan tugas bersama bukan individu.
“Kami ingin para peserta ini terus meningkatkan kemampuannya untuk mengajak kepada amar ma’ruf nahi munkar atau dakwah dimana saja sesuai kemampuan yang dimiliki,” ucapnya. (Munadi)
Discussion about this post