KABUPATEN CIREBON, (FC).-
Hagi Al Imam dari Komunitas Narasi Jawa Barat melalui program Caraka TB Institute by Stop TB Partnership Indonesia (STPI), melalukan audiensi dengan Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon,
Arif Nurudin, M.T, di kantor Rektorat UMC di Kampus 2 UMC, Kamis (14/11).
Audiensi tersebut untuk mendiskusikan peranan kampus dalam upaya Eliminasi TBC 2030 sekaligus mengadvokasikan pentingnya kampus sehat bagi mahasiswa.
TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang hingga saat ini masih belum selesai di Indonesia. Sebagai negara kedua di dunia yang memiliki beban kasus TBC tertinggi dengan jumlah kasus sebanyak 1.060.000 dan 134.000 angka kematian per tahun atau 17 angka kematian per jam jika di rata-rata, sudah seharusnya semua kalangan dan lapisan masyarakat untuk ikut serta dan terlibat dalam upaya eliminasi TBC, seperti yang sudah tertulis dalam Perpres No. 67 tahun 2021, dimana diamanatkan pentingnya kerjasama Pentahelix Stakeholder untuk menangani isu ini.
Sebagai gambaran, potret fakta Tuberkulosis di Kabupaten Cirebon pun tidak kalah mengkhawatirkan. Di tahun 2023, Kabupaten Cirebon mencatat kasus TBC sebanyak 8.473 dan 4.000-an kasus di semester 1 tahun 2024 atau jika di rata-rata terdapat 200 kasus per 100.000 penduduk, jauh di atas ambang batas Perpres No. 67 Tahun 2021 di angka 65/100.000 penduduk.
Angka ini tidak menggambarkan fakta penemuan kasus sebenarnya. Sebab, Indonesia baru mencapai angka 46 persen untuk angka penemuan kasus berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan per agustus 2024.
Hagi Al Imam, anggota Caraka dari Cirebon, dalam kegiatan aksinya, melaksanakan kegiatan kunjungan ke Rektorat Universitas Muhammadiyah Cirebon untuk audiensi mengenai isu Tuberkulosis bersama rektor selaku pemangku kebijakan di ruang lingkup kampus.
Saat audiensi berlangsung, Hagi memberikan beberapa rekomendasi kebijakan kepada kampus dalam rangka upaya eliminasi TB. Rekomendasi tersebut didasarkan berdasarkan temuan dan data dari lapangan selama kegiatan berjalan.
“Kami merekomendasikan kepada UMC untuk melaksanakan kegiatan skrining kesehatan, khususnya bebas TBC kepada mahasiswa baru di tahun ajaran mendatang. Sebagai upaya kontribusi kampus dan Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat yang concern terhadap isu kesehatan untuk membantu angka pencarian kasus TBC yang masih jauh dari capaian yang diharapkan,” ujarnya.
Menurut Hagi, pihaknya juga merekomendasikan pentingnya kampus sehat untuk mewujudkan derajat kesehatan yang kondusif di lingkungan kampus dengan adanya penegakan aturan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) yang menjadi salah satu faktor risiko penyakit TBC dan aktif mengampanyekan TBC karena masih sedikit mahasiswa yang aware akan isu ini berdasarkan survei yang kami adakan.
“Kami juga merekomendasikan pentingnya hak-hak penyintas TB yang berstatus sebagai mahasiswa UMC bisa terpenuhi tanpa adanya ruang diskriminasi,” ujar Hagi.
Sementara itu, Kampus UMC menyambut baik dan mendukung adanya kegiatan Caraka, serta menerima rekomendasi kebijakan yang telah dibuat oleh Caraka.
“Kami menyambut baik adanya kegiatan Caraka dari Komunitas Narasi Jawa Barat beserta dengan STPI dalam aksi kampanye Tuberkulosis di daerah. Kami juga mengucapkan terimakasih atas rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang telah dibuat. Rekomendasinya kami izin terima untuk dirapatkan bersama dengan para wakil rektor dan pimpinan lain,” ujar Arif. (rls)
Discussion about this post