KABUPATEN CIREBON, (FC).- Hagi Al Imam dari Komunitas Narasi Jawa Barat menjadi anggota Caraka TB Institute, sebuah program pelatihan kampanye dan advokasi isu Tuberkulosis untuk anak-anak muda terpilih dari seluruh Indonesia yang diselenggarakan Stop TB Partnership Indonesia (STPI).
Program pelatihan yang berlangsung dari tanggal 16-20 September 2024 di Bogor, Jawa Barat itu, bertujuan untuk melibatkan peran anak muda dalam upaya Eliminasi Tuberkulosis 2030 di daerah masing-masing.
Penyakit Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit menular yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Selain beban kasusnya yang tinggi, juga masih kurangnya pemahaman masyrakat akan penyakit ini.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, kasus Tuberkulosis sebanyak 200 insiden per 100 ribu penduduk, lebih tinggi dari batasan insiden yang ditetapkan Perpres yakni 65/100 ribu penduduk.
”Dan itu jelas belum bisa menggambarkan apakah sudah semuanya atau belum. Sepanjang tahun 2023 tercatat kasus TBC di Kabupaten Cirebon sebanyak 8.473 yang didapatkan dari Sistem Informasi Tuberkulosis. Sedangkan untuk semester 1 Tahun 2024 tercatat jumlah kasus TBC di Kabupaten Cirebon sebanyak 4000-an kasus, dari target temuan kasus sebanyak 10.000 kasus/tahun”, ujar Kepala P2PM, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Subhan.
Untuk melaksanakan Eliminasi Tuberkulosis 2030 di Kabupaten Cirebon, Hagi Al Imam dari Komunitas Narasi Jawa Barat melaksanakan beberapa kegiatan, salah satunya sosialisasi Tuberkulosis kepada kader PKK se-Kecamatan Tengah Tani di UPTD Puskesmas Astapada, Kecamatan Tengah Tani, Sabtu (12/10).
Kegiatan ini bekerjasama dengan programmer TBC Puskesmas sebagai salah satu pemateri sosialisasinya.
Tujuannya sebagai upaya promotif guna memberikan pemahaman dan membangun kesadaran kader PKK akan penyakit Tuberkulosis yang masih kurang diperhatikan oleh masyarakat.
“Pelibatan kader dalam kegiatan sosialisasi amatlah penting. Sebab, kader yang menjadi garda kesehatan terdepan di masyarakat desa. Diharapkan dengan diselenggarakannya sosialisasi ini dapat membangun kesadaran dan pemahaman tuberkulosis kepada para kader, sehingga mereka bisa ikut membantu program puskesmas”, ujar Hagi.
Sementara itu, Programmer TBC Puskesmas, Yulia Anggraeni, S. Kep., Ners,
mengaku senang dengan adanya kegiatan dari Caraka TB Institute karena bisa turut membantu upaya eliminasi TBC di daerah,
“Senang rasanya semakin banyak orang yang peduli dengan isu TBC dan ikut mengampanyekan kepada masyarakat luas. Semoga semakin banyak orang yang akan terlibat dalam isu ini, sebab TBC tidak akan selesai jika hanya ditangani oleh tenaga kesehatan tanpa adanya kerjasama banyak pihak”, ujar Yulia.(rls)
Discussion about this post