KOTA CIREBON, (FC).- Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cirebon Andi Armawan menyampaikan, saat ini Bus Rapid Transit (BRT) beroperasi di dua trayek. Untuk trayek pertama sepanjang 32,9 kilometer. Sedangkan trayek kedua sepanjang 27,4 kilometer. Tidak menutup kemungkinan trayek ditambah lagi.
“Kedepannya BRT bisa beroperasi ke wilayah Ciayumajakuning. Apalagi kalau Tol Cisumadawu (Cileunyi, Sumedang, dan Dawuan) beroperasi, kita bisa ambil peran. Memang saat ini masih terbatas,” jelasnya kepada FC, Rabu (16/6).
Dikatakan mantan Kasatpol PP ini, pengoperasian BRT masih dalam proses sosialisasi. Pengelola menggratiskan masyarakat yang menggunakan BRT. Sedangkan anggaran tahun ini senilai Rp500 juta, sudah termasuk operasional, balik nama kendaraan dan lainnya.
“Memang ke depan nanti disubsidi, harapannya pengelolaan ini bisa mandiri ketika sudah maksimal,” ungkapnya.
Diinformasikan Andi, PD Pembangunan yang mendapatkan penugasan untuk mengelola, masih menghitung anggaran subsidi untuk tahun depan. Termasuk soal rencana tarif BRT. Tarif yang diusulkan Rp5.000 bagi masyarakat, untuk pelajar Rp3.500.
Sementara Ketua Komisi I DPRD Kota Cirebon, Imam Yahya S menambahkan, saat ini Dishub Kota Cirebon tengah merintis kerja sama dengan Pemkab Indramayu, untuk trayek terbaru BRT.
Baca Juga: Perluasan Rute BRT Bisa Perkecil Subsidi Pemerintah
“Iya ada rencana agar BRT ini bisa beroperasi di Ciayumajakuning. Sehingga, BRT ini bisa menjadi moda transportasi wilayah III Cirebon. Pada prinsipnya kami memberi dukungan,” kata Imam.
Politisi PDIP ini mengatakan, Dishub, PD Pembangunan, dan PT BIG selaku operator menemui sejumlah kendala dalam pengoperasian BRT. Salah satunya kekurangan atau keterbatasan anggaran .
Kendati demikian, Imam mengaku optimis BRT bisa menjadi moda transportasi modern yang melayani masyarakat wilayah III Cirebon. Ia menyadari pandemi Covid-19 mengakibatkan sektor transportasi menjadi loyo.
Sebab, lanjut dia, pemerintah telah menerbitkan aturan ketat bagi trasnportasi umum selama masa pandemi.
“Memang kondisi begini serba sulit. Tapi bagaimanapun harus tetap berjalan. Sistemnya harus kita siapkan, seperti legalitasnya, tarif dan lainnya,” pungkasnya. (Agus)