KAB. CIREBON, (FC).- Pemerintah Desa Mundu Mesigit, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon melakukan langkah inovatif dalam mendukung ketahanan pangan masyarakat. Lahan pertanian milik desa yang sebelumnya dibiarkan menganggur, kini tengah disulap menjadi peternakan ayam petelur.
Kuwu Mundu Mesigit, Syarifuddin saat ditemui di lokasi pembangunan kandang ayam petelur, Selasa (7/1) kepada FC mengatakan, keputusan mengalihkan sebagian lahan pertanian menjadi kandang ayam petelur ini didasarkan pada perhitungan yang matang. Menurutnya, usaha peternakan ayam petelur dinilai lebih menjanjikan untuk meningkatkan ketahanan pangan sekaligus memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Kita pilih ayam petelur karena sudah kita kalkulasi, lebih menjanjikan dan lebih cepat menghasilkan. Tapi lahan pertanian yang dipakai untuk peternakan ini tetap akan kita ganti di tempat lain, jadi tidak mengurangi lahan pertanian produktif,” ujar Syarifuddin.
Program ketahanan pangan ini, lanjut Syarifuddin, sepenuhnya memanfaatkan Dana Desa sesuai arahan pemerintah pusat, agar desa mampu mandiri secara pangan. Selain menyediakan sumber protein berupa telur, program ini juga bertujuan menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar.
“Ketahanan pangan ini artinya kita memanfaatkan potensi yang ada di desa, dari rakyat untuk rakyat. Kita semua yang bangun, kita semua yang kelola, manfaatnya untuk masyarakat sini,” jelas Syarifuddin.
Meski belum sepenuhnya rampung, pembangunan kandang ayam petelur di atas lahan seluas 7 x 15 meter itu sudah mencapai 50 persen. Targetnya, dalam waktu dekat, kandang tersebut siap diisi sebanyak 600 ekor ayam petelur.
“Potensinya Insya Allah bagus, karena ayam petelur ini setiap hari bisa menghasilkan telur. Telur itu kebutuhan sehari-hari, jadi Insya Allah pangsa pasarnya jelas,” kata dia optimistis.
Untuk tahap awal, sistem pemasaran telur akan dilakukan secara lokal dengan melibatkan warga antar-RT di wilayah Desa Mundu Mesigit. Konsepnya sederhana, warga bisa mendapatkan telur dengan harga yang lebih terjangkau dibanding harga pasar.
“Kalau di pasar harga telur Rp20.000 per kilogram, warga kita bisa dapat Rp18.000. Jadi ada keuntungan untuk warga, sekaligus memutar ekonomi di tingkat desa,” jelasnya.
Tak hanya fokus pada ayam petelur, lahan yang berada di bawah kandang ayam rencananya juga akan dimanfaatkan untuk budidaya ikan lele. Sistem ini memanfaatkan sisa-sisa pakan ayam yang jatuh ke bawah sebagai makanan alami untuk lele, sehingga lebih efisien dan ramah lingkungan.
“Di bawah kandang nanti kita buat kolam lele. Jadi sisa pakan ayam yang jatuh bisa langsung dimakan lele. Hemat biaya pakan, satu lokasi bisa untuk dua kegiatan,” tutur Syarifuddin.
Selain 600 ekor ayam petelur, pihaknya juga mempersiapkan program pembibitan ayam atau Day Old Chick (DOC) dengan target 1000 ekor ayam. Dengan adanya pembibitan sendiri, kebutuhan ayam petelur di desa bisa terpenuhi secara mandiri tanpa harus tergantung dari luar daerah.
“Kita siapkan juga DOC sekitar 1000 ekor, supaya ke depan kita nggak perlu beli bibit dari luar, bisa produksi sendiri, lebih hemat,” tambahnya.
Pihak Pemerintah Desa Mundu Mesigit berharap, program peternakan ayam petelur ini tidak hanya menopang ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terlebih, potensi pasar telur dinilai stabil karena permintaan telur di Kabupaten Cirebon dan sekitarnya cukup tinggi.
Syarifuddin mengajak seluruh warga untuk ikut serta mendukung program ini, baik sebagai pekerja, pembeli, maupun mitra usaha. “Intinya ini untuk rakyat, hasilnya juga untuk rakyat. Mudah-mudahan semua berjalan lancar, doakan saja,” pungkasnya. (Nawawi)
Discussion about this post