KOTA CIREBON, (FC), – Kisah masjid yang berusia lebih dari 600 tahun ini, begitu melegenda. Pasalnya, hampir setiap hari banyak pengunjung yang datang.
Ada yang sekedar beribadah, adapula yang datang untuk mencapai maksud serta tujuannya, tentu atas seizin Yang Maha Esa.
Bahkan ”khasiatnya” sampai terdengar hingga ke negeri jiran Malaysia hingga ke Negeri Ratu Ellizabeth. Lokasinya terletak di Jalan Karanggetas, Pekiringan, Kota Cirebon.
Masjid Jagabayan memang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Lokasinya yang terhimpit olehtoko dan ruko, tak membuat masjid tua ini menjadi sepi. Karena didalamnya terdapat sebuah situs bersejarah yang sering didatangi peziarah.
Muhammad Fauzan, selaku Kuncen Masjid Jagabayan bercerita, berdirinya masjid tak lepas dari campur tangan Kesultanan Cirebon. Hingga menjadi kerajaan yang cukup berpengaruh pada saat itu. Alhasil, banyak orang dari berbagai daerah mengunjungi Kesultanan Cirebon.
“Keraton Cirebon yang pada saat itu menjadi pusat pemerintahan pun banyak dikunjungi orang. Dari yang berniat baik ataupun sebaliknya. Untuk itu, sebelum menjadi sebuah masjid seperti saat ini, Masjid Jagabayan, dahulunya berupa pos keamanan dari Keraton Cirebon, untuk mengetahui bahaya yang datang, baik metafisikan maupun yang ada wujudnya,” ujarnya kepada FC, Rabu (2/6).
Dikatakan Fauzan sapaan akrabnya, pendiri dari Masjid Jagabayan ialah Pangeran Nalarasa yang merupakan salah satu patih dari Prabu Siliwangi. Pangeran Nalarasa yang mendapatkan tugas dari Prabu Siliwangi, untuk mencari putera mahkotanya di Cirebon yaitu Pangeran Walangsungsang.
Setelah mendapat tugas tersebut, dan datang ke Cirebon, Pangeran Nalarasa akhirnya bertemu sosok yang dicarinya.
Akan tetapi dalam mengemban tugas dari Prabu Siliwangi, dirinya tidak membawa pulang Pangeran Walangsungnsang ke Padjajaran, melainkan memutuskan untuk masuk Islam dan menetap di Cirebon. Namanya ikut berganti menjadi Pangeran Jagabayan atau Pangeran Jaga Bahaya.
Gelar Tumenggung Jagabayan pun didapatkan dari Sunan Gunung Jati. Pangeran Nalarasa yang berganti nama menjadi Pangeran Jagabayan yang mendirikan sebuah pos penjagaan.
Pada saat itu, lokasi lampu merah Pekiringan-Pasuketan terdapat sebuah gerbang masuk menuju Keraton Kanoman. Maka dari itu, daerah tersebut diberi nama Pekiringan-Pasuketan, yang berarti iring-iringan pasukan.
“Untuk menyaring setiap orang yang masuk ke area sini. Kalau ditarik lurus, maka lokasi Masjid Jagabayan ini sejalur dari Keraton Kanoman, sehingga lokasinya memungkinkan untuk menjadi tempat menyaring orang yang datang,” ucapnya.
Perubahan dari Pos Penjagaan menjadi masjid seperti saat ini tahun 1437, lanjut Fauzan, selain menjadi pos penjagaan, tempat ini pun menjadi tempat untuk berkumpulnya para wali di Cirebon.
Sejarah didirikan menjadi masjid ini karena ketika musyawarah dilakukan, para wali ini sering salat di pos penjagaan itu. Untuk lebih memudahkan, dibuatlah masjid sebagai pengganti pos penjagaan ini.
Sebelum Keraton Kasepuhan sampai Masjid Panjunan berdiri, Jagabayan ini sudah lebih dahulu berdiri. Kondisinya pun masih sangat baik, meski terhimpit gedung hingga kios penjualan, jalan masuk masjid yang hanya berupa gang kecil itu menjadi salah satu daya tarik dari para pengunjung.
Seolah-olah Masjid Jagabayan, menyembunyikan sesuatu yang sangat bernilai. Benar saja, beragam artefak masa lalu masih terawat baik. Mulai dari keaslian bedug, mimbar hingga pustakanya. Bahkan, mimbar serta bedugnya, masih digunakan hingga saat ini.
Hingga kini, banyak pengunjung yang datang dari dalam maupun luar negri, karena mendengar khasiatnya. Terlebih lagi ketika malam Jumat tiba.
“Ini hanya kepercayaan masing-masing saja. Yang penting niatnya beribadah dan bersillaturahmi, dan tidak menyekutukan Tuhan Yang Maha Esa,” tegasnya.
Yang paling diingat selama menjadi kuncen Masjid Jagabayan, lanjutnya, sekitar 9-10 tahun yang lalu, sepasang warga berwargakenegaraan Inggris datang ke Masjid Jagabayan.
“Dua orang ”bule” itu, mengalami perjalanan spiritual. Ketika bisnisnya sedang diambang kebangkrutan ia bermimpi ditemui laki-laki usia sepuh, dan mengatakan agar mencari Masjid Jagabayan di Kota Cirebon,” jelasnya.
Sambil membawa seorang penerjemah, sepasang suami istri itu datang. Berbekal petunjuk mimpi yang didapatnya, mereka memberanikan diri untuk berkunjung ke Indonesia lebih tepatnya ke Koa Cirebon.
“Orang Inggris ini bilang bermimpi dan mendapat petunjuk untuk mencari sebuah masjid bernama Masjid Jagabayan. Saat itu mereka bawa penerjemahnya. Dirinya pun kaget karena datang jauh-jauh dari Inggris,” jelasnya.
Masjid Jagabayan memang masih dikenal akan tuahnya. Banyak yang percaya bahwa beribadah dan berdoa di masjid ini, orang-orang yang usahanya jatuh, lalu bisa bangkit lagi. Ingin naik jabatan, membersihkan diri dari segala macam penyakit, dan berbagai macam tujuan lainnya.
Akan tetapi Fauzan selalu menekankan bahwa doa apapun yang dipanjatkan, semua kembali kepada Yang Kuasa.
“Yang terpenting niatnya adalah berdoa, serta beribadah, dan saling menjalin tali sillaturahmi. Maka niat baik pun akan terlaksana,” pungkasnya. (Zenn).
Discussion about this post