KOTA CIREBON, (FC).- Asal-usul peci atau kopiah berasal dari dunia Islam dan telah menjadi bagian penting dari budaya dan identitas Muslim di berbagai negara.
Peci adalah sebuah topi yang memiliki bentuk bundar dengan bagian atas yang cembung dan tidak memiliki lekukan di bagian atasnya.
Seiring berjalannya waktu, peci menjadi populer di berbagai wilayah Muslim di dunia. Di Indonesia, peci dikenal dengan nama “peci” dan menjadi bagian integral dari pakaian tradisional seperti batik atau busana keagamaan.
Di negara-negara Timur Tengah, peci dikenal dengan nama “kufi” atau “kufiya” dan juga merupakan bagian penting dari identitas budaya dan keagamaan.
Peci juga memiliki makna simbolis dalam Islam. Selain sebagai penanda identitas keagamaan, peci juga melambangkan kesederhanaan, kesalehan, dan ketaatan kepada Allah.
Dalam beberapa tradisi, pemakaian peci juga dianggap sebagai tanda penghormatan terhadap ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Kopiah A. Moethalib di Kota Cirebon, yang hingga saat ini masih bertahan dan diburu oleh masyarakat.
Toko Kopiah tertua di Kota Cirebon itu, usianya sudah lebih dari 100 tahun dan saat ini diteruskan oleh generasi ketiga.
Toko yang beralamat di Jalan Pasuketan, No. 52 A / 80 Kota Cirebon ini, merupakan toko spesial kopiah nasional.
Uniknya, toko kopiah A. Moethalib ini dari dulu menempati bangunan dengan lebar 1,5 meter dan panjang 15 meter.
“Toko kopiah ini didirikan oleh kakek saya. Kakek saya asli orang Padang dan merantau ke Kota Cirebon. Karena punya keahlian bikin peci, akhirnya dijadikan sebagai mata pencarian. Saya kurang ingat tahun berapa berdirinya, tapi yang pasti sudah lebih dari 100 tahun,” ujar Arfinaldi Hadi (55), generasi ketiga yang melanjutkan usaha kopiah A. Moethalib, Senin (22/4).
Sebelum diteruskan oleh dirinya, Toko Kopiah A. Moethalib dilanjutkan oleh orang tuanya Hj. Siti Rohani.
Karena saat itu banyak yang memalsukan kopiah A. Moethalib, kemudian ditambahkan namanya menjadi Toko Kopiah H. S. Rohani A. Moethalib hingga saat ini.
Arfinaldi menceritakan bahwa kopiah A. Moethalib sudah banyak dipakai oleh tokoh-tokoh nasional seperti Ir. Soekarno, Buya Hamka, Adam Malik, Gusdur, hingga Wakil Presiden Indonesia saat ini KH. Ma’ruf Amin.
Selain itu, ada juga mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, mantan Wali Kota Cirebon, hingga Bupati Cianjur saat ini.
“Waktu itu, anaknya Ma’ruf Amin langsung datang ke toko untuk membeli kopiah. Bahkan Bupati Cianjur juga datang ke toko hanya untuk membeli kopiah A. Moethalib. Tadi juga baru kirim lagi untuk Bupati Cianjur,” jelasnya.
“Banyak juga yang beli Kopiah A. Moethalib ini untuk oleh-oleh. Ada juga yang pesan dari Yogyakarta, Lampung, Medan, Bogor, Jakarta, Bandung, dan kota-kota lain,” sambungnya.
Selain itu, tambah Arfinaldi, pembeli kopiah A. Moethalib itu, pembelinya dari generasi ke generasi.
Tidak heran, yang datang untuk membeli merupakan anak atau cucunya yang sudah langganan membeli kopiah A. Moethalib.
“Jadi mereka yang datang kebanyakan itu turun temurun dari orang tuanya. Ada juga yang beli untuk oleh-oleh untuk kerabatnya atau keluarganya,” ungkapnya.
Arfinaldi yang melanjutkan usaha Toko Kopiah A. Moethalib sejak tahun 2000 ini menjelaskan, banyak pembeli yang datang lagi untuk membeli, karena kopiah A. Moethalib tidak menggunakan bahan dari plastik dan kertas.
Sehingga, saat menggunakan Kopiah A. Moethalib berasa ringan dan nyaman.
“Untuk bahan-bahan yang digunakan untuk kopiah nasional ini menggunakan kain bludru. Jadi kopiah ini mudah disimpan, ringan, awet, dan dapat dilipat. Selain kopiah nasional, kami juga menerima sesuai keinginan pembeli, misalnya ingin kopiah yang selain warna hitam atau tinggi kopiahnya,” katanya.
Sampai saat ini, menurut Arfinaldi, produksi Kopiah A. Moethalib masih skala kecil dan produksi rumahan.
Setiap hari, Toko Kopiah A. Moethalib rata-rata dapat memproduksi 1 kodi atau 20 pcs kopiah nasional. Soal harga, Kopiah A. Moethalib dibandrol mulai dari harga Rp 70 – Rp 90 ribu. (Agus)
Discussion about this post