KAB. CIREBON, (FC),- Kekeringan yang melanda lahan pertanian di wilayah timur Kabupaten Cirebon imbas dari longsornya saluran irigasi di wilayah Hulu, Kuningan, sehingga pasokan air ke lahan pertanian terhenti.
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung (Cimancis) langsung melakukan langkah darurat dengan membangun pomoa-pompa dangkal di beberapa titik lahan pertanian yang menjadi skala prioritas terutama di Kecamatan Gebnag dan Kecamatan Pabedilan, Rabu (30/4).
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, meninjau langsung lokasi paling darurat di daerah hilir yakni Desa Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.
Ia menyampaikan bahwa pihaknya telah bergerak cepat melakukan perbaikan dan mitigasi agar kerugian petani tidak meluas.
Menurut Dwi Agus, longsor terjadi karena derasnya aliran air dari limpasan hujan yang masuk ke dalam cross drain peninggalan zaman Belanda.
Volume air yang besar membuat saluran tidak mampu menampung, hingga akhirnya menyebabkan longsor pada struktur saluran.
“Insiden ini terjadi pada malam hari, dan air besar masuk ke cross drain zaman Belanda, sehingga menyebabkan saluran hidup itu longsor. Ini sudah kami tangani dan sedang dalam proses pengecoran. Setelah dicor, dibutuhkan waktu sekitar tujuh hari untuk mengering dan siap dialiri air kembali. Jadi, perkiraan air bisa kembali mengalir sekitar tanggal 8 atau 9 Mei,”ungkapnya.
Meski perbaikan fisik tengah berlangsung, BBWS tidak tinggal diam. Dwi Agus mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat untuk melakukan langkah-langkah strategis guna menyelamatkan lahan pertanian yang terancam kekeringan.
“Saat ini kami juga menyiapkan pompa untuk mengalirkan air dari sungai ke sawah-sawah yang masih bisa dijangkau. Sementara untuk daerah yang jauh dari sungai, kami lakukan pengeboran air tanah. Satu lokasi sudah kami laksanakan pemboran, dan berikutnya akan menyusul lokasi kedua,” jelasnya.
Langkah darurat ini disebut sebagai pertolongan pertama bagi petani, khususnya yang sawahnya sudah dalam tahap pembenihan atau penanaman.
BBWS dan Dinas Pertanian sepakat untuk memprioritaskan sawah-sawah tersebut agar tanaman tidak mati kekeringan.
“Yang kami prioritaskan adalah sawah yang sudah dibenihi dan ditanami. Ini demi menyelamatkan lahan pertanian,” tambah Agus.
Pihak BBWS menyadari bahwa kapasitas air dari sumur bor (pantek) memang tidak maksimal untuk menyuplai seluruh lahan sawah.
Namun, langkah ini dinilai penting untuk mencegah gagal panen massal, terutama di musim tanam yang sedang berlangsung saat ini.
“Kami berharap, dalam dua minggu ke depan, kondisi bisa mulai normal kembali. Tapi selama masa itu, kami akan terus memantau dan melakukan langkah-langkah darurat yang diperlukan,” tutur Agus.
Kepala Bidang Pertanian, Samsina mengatakan ada sekitar 4500 hektare lahan pertanian di Kabupaten Cirebon yang terdampak musibah tersebut.
“4500 hektar dari tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Waled, Pabuaran, Babakan, Ciledug, Pabedilan, Gebang, Losari,” ujarnya.(Nawawi)
Discussion about this post