MAJALENGKA, (FC).- Biasanya kalau memasuki musim masa tanam pertama (MT1), atau musim rendeng, para petani mulai aktif atau disibukan dengan melakukan kegiatan rutinnya di sawah.
Namun berbeda yang di alami para petani di wilayah Majalengka Utara seperti di Kecamatan Kadipaten, Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Jatiwangi dan sekitarnya.
Dimana pada musim rendeng tahun ini justru area pesawahan nampak kering kerontang, padahal seharusnya para petani di wilayah tersebut sudah melakukan penanaman padi alias tandur.
Saat ini para petani harus memutar otaknya, agar masa tanam harus tetap dilakukan, karena benih padi yang di semai sudah berusia 25 hari dan waktunya sudah untuk di tanam alias harus sidah ditandur.
Mau tidak mau petani di wilayah tersebut merelakan isi koceknya untuk membeli BBM dan melakukan pemompaan, baik melalui pompa pantek ataupun dari sungai terdekat.
Hal ini tentunya dilakukan agar target penanaman padi berjalan sesuai jadwal.
Seperti nampak di Desa Tegalaren Kecamatan Ligung, di mana petani disana beramai melakukan pompanisasi agar benih padi bisa ditandur mengingat area pesawahan nampak kering kerontang.
“Ya mau apa lagi, musim rendeng tahun ini hujan jarang sekali turun, sehingga kami para petani terpaksa melakukan pompanisasi untuk menyelamatkan benih padi yang waktunya sudah harus ditandur. Kalau tidak memompa maka benih padi ga bisa ditandur,” ucap Karyadi petani asal Desa Tegalaren, Senin (23/12).
Dikatakan Karyadi, untuk mengairi sawah seluas 1 Hektar, dirinya harus merogoh kocek Rp200 ribu – Rp300 ribu untuk membeli BBM.
Itupun mesin pompanya milik sendiri, kalau menyewa mesin pompanya maka uang yang dikeluarkan lebih banyak lagi.
Hal senada disampaikan Taryan petani asal Desa Ligung Lor, dirinya setiap sore menyiram benih padi yang masih dalam penyemaian.
Karena semenjak benih padi di semai hujan jarang sekali turun, sehingga penyemaian menjadi kering kerontang dan benih padinya menjadi layu karena cuaca yang panas.
Taryan dan para petani yang lainnya merasa heran, setiap hari mendung begitu tebal dan sampai gelap gulita, namun tidak sempat menjadi hujan.
Mendung yang tebal dengan sendirinya menghilang begitu saja, kalau pun hujan hanyalah sebatas gerimis saja.
“Kami merasa heran kenapa hujan tidak turun turun, padahal mendung setiap pagi dan sore selaku menggumpal. Kalau hujan tidak turun maka kemungkinan masa tanam rendeng akan mundur,” ujar Taryan. (Munadi).
Discussion about this post