MAJALENGKA, (FC).- Produk olahan mangga Dusun Bojong Roreng Desa Putridalem Kabupaten Majalengka siap menembus pasar ekspor.
Para petani mangga di bawah naungan HDE tengah mengembangkan Rumah Produksi untuk melayani pasar ekspor tersebut.
“Kami lagi pengembangan rumah produksi mangga yang mana nanti skalanya kita sudah ke ekspor,” kata Ketua Kelompok Tani, Cipta Hermawan
Untuk saat ini, dari 15 jenis produk olahan mangga, baru 1 jenis yang sudah mendapat permintaan buyer luar negeri melalui pihak ketiga.
“Kita masih lewat orang untuk pengiriman keripik mangga ke Kanada,” jelas Cipta.
Kampung Mangga Bojong Roreng menjadi destinasi baru wisata di Kabupaten Majalengka.
Disini akan dibangun Agrowisata yang memadukan antara pariwisata dan perkebunan mangga, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
“Kami disana lagi pengembangan agro mangga juga. Jadi disana nanti digabungkan antara rumah produksi dan tempat edukasi untuk anak-anak, mulai dari budidaya sampai pemetikan, pengolahan sampai produksi,” ujarnya.
Ke depan pihaknya juga telah menyiapkan agenda rutin beberapa event pariwisata, antara lain Festival Mangga seperti yang digelar tahun lalu dan dihadiri Dirjen IKMA Kemenperin.
“Kami juga kolaborasi dengan dinas kehutanan provinsi membuka Pasar Pasisian Leuweung untuk launching pertama,” kata Cipta
Sementara itu, Dea Nur Amalia, owner HDE, pelaku usaha IKM mangga Bojong Roreng menambahkan, Desa Putridalem memiliki 3 dusun.
Masing-masing dusun ini memiliki potensi produk pertanian dan atraksi wisata unggulan.
“Terkait pengembangan produk di desa kita sudah sangat bagus sejak kepemimpinan Kuwu Endah (Kepala Desa Putridalem), setiap dusun diangkat terkait potensi dusun masing-masing,” kata Dea.
Hal tersebut dikatakan Dea saat ditemui FC di stand pameran Ciayumajakuning Entrepreneur Festival (CEF) 2023 yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon di Grage Mall, Minggu (23/7).
Dusun Bojong Roreng sendiri memiliki keunggullan potensi di bidang mangga dengan luas lahan perkebunan mencapai 80 hektar.
“Setiap tahun kami mengadakan Festival Mangga dengan 22 jenis mangga yang bisa dicicip dan 15 jenis olahan mangga yang ada disana,” ujar Dea.
Pengembangan produk olahan mangga ini bermula saat musim panen raya, harga mangga anjlok drastis, sehingga menjadi kendala pemasaran.
“Ketika musim panen raya, mangga itu di kami harganya itu sangat murah hingga hampir 3 ribu. Maka dari itu bagaimana kita menyikapi hal tersebut. Daripada kebuang sia-sia tidak ada yang beli, kita mengolahnya,” jelas Dea.
Awalnya, mangga tersebut diolah menjadi dodol dengan menggunakaan mangga jenis Cengkir, Manalagi, dan Gedong Gincu.
“Setelah dodol kita memproduksi sirop mangga dengan varian rasa yang sama, terus sari mangga. Ada es krim mangga, teh daun mangga, krupuk biji mangga, keripik mangga, sale mangga, selai mangga, manisan mangga dan banyak lagi variannya,” sebutnya. (Andriyana)