KAB. CIREBON, (FC).- Pasien penderita penyakit kaki gajah atau filariasis asal Desa Sende, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Misri (34) usai menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arjawinangun selama tiga hari, pasien tersebut langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Welas Asih, Kabupaten Bandung.
Kepala Bidang Pelayanan Medis pada RSUD Arjawinangun, dr Hermansyah membenarkan bahwa pasien Misri telah dirujuk ke RSUD Welas Asih. Bahkan, kabar adanya warga Kabupaten Cirebon menderita penyakit kaki gajah yang sebelumnya telah menjalani perawatan di RSUD Arjawinangun sudah didengar oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
“Kabar itu sudah sampai ke Pak Gubernur. Makanya dinas provinsi dan dinas kesehatan langsung telepon Pak Direktur RSUD Arjawinangun,” kata dr Hermansyah melalui sambungan telepon selularnya, Minggu (28/9).
Menurut Hermansyah, hasil observasi yang dilakukan pihak RSUD Arjawinangun, kondisi pasien secara umum dalam kondisi baik. Pihaknya sempat menambah protein untuk pasien melalui infus albumin.
Ia menjelaskan, pasien tersebut telah dirujuk ke RSUD Welas Asih, Kabupaten Bandung pada Jumat (26/9) kemarin. Nantinya, pasien akan menjalani penanganan lanjutan dari dokter bedah vaskuler yang ada di RSUD Welas Asih.
“Kami kan tidak ada dokter spesialis bedah vaskuler, adanya di Bandung. Makanya dirujuk ke Bandung. Mungkin nanti di sana dioperasi,” kata Hermansyah.
Kendati demikian, sangat kecil kemungkinan pasien tersebut bisa sembuh seperti sediakala. Ia bahkan memastikan, pasien kaki gajah ini tidak bisa sembuh seperti semula meskipun telah menjalani operasi.
“Kalau sembuh seperti sediakala sih tidak ya, sebab kalau kaki gajah itu jaringan ikat, karena kelenjar getah beningnya tersumbat terus numpuk, menyumbat di saluran getah bening kaki, terjadi pembesaran dan lama kelamaan jadi jaringan ikat jadi seperti urat,” paparnya.
Sebelumnya, kasus filariasis atau penyakit kaki gajah yang diderita warga Desa Sende, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Misri (34) menjadi perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon.
Dalam catatan Dinkes, penderita penyakit kaki gajah ini telah ditangani sejak tahun 2014 silam. Kini, Misri kembali mengeluhkan sakit untuk bergerak setelah beberapa tahun diduga tanpa penanganan.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Edi Susanto, bersama tim nakes dari Puskesmas Tegalgubug langsung bergerak untuk melihat kondisi perempuan yang pernah bekerja sebagai ART di Bahrain tersebut.
Menurut Edi Susanto, berdasarkan diagnosa sebelumnya, warga Desa Sende ini mengalami filariasis atau kaki gajah. Ia mengatakan, penanganan penyakit yang diderita Misri sudah dilakukan sejak tahun 2014 silam. Penanganan bahkan dilakukan secara kontinu dalam dua tahun, yakni pada tahun 2019 dan 2020.
Penanganan penyakit tersebut melibatkan lintas koordinasi antara Puskesmas, Dinkes, dan Provinsi.
“Bahkan Misri sudah pernah dirawat di RSHS Bandung dan hasilnya negatif,” ujar Edi Susanto.
Menurut Edi, kedatangannya bersama tim nakes dari Puskesmas Tegalgubug ini untuk kembali melakukan observasi, karena yang bersangkutan mengeluhkan sakit ketika bergerak.
“Koordinasi kami sekarang ini karena keluhan dari Ibu Misri yang agak mengalami sedikit anemis, bergerak juga sakit makanya kami datang mengobservasi kembali. Apabila nanti dibutuhkan, kita siapkan barangkali dirujuk ke rumah sakit,” kata Edi.
Ia menyampaikan, upaya yang dilakukan dalam penanganan penyakit tersebut, hanya menjaga supaya jangan sampai mengalami infeksi serta terjadi gejala yang lebih kronis seperti penjamuran dan luka-luka di lipatan.
“Makanya Dinkes dan puskesmas melakukan observasi sampai sekarang ini, agar Ibu Misri dapat tertangani dengan baik,” tutur Edi.
Ia menjelaskan, filariasis atau kaki gajah ini biasanya berawal saat anak-anak terinfeksi dari gigitan nyamuk. Kemudian, larva cacing filaria masuk ke limpa sehingga limpa mengalami pembengkakan.
“Limpa mengalami pembengkakan karena limpa ini sel getah bening yang bisa menyebabkan menurunnya kekebalan. Limpa ini kan salah satu cairan yang bisa menyebabkan pembengkakan. Kalau kondisi tubuhnya dan sel-sel kulit mengalami hal yang tidak baik, maka anak mengalami pembengkakan,” terang Edi.
Pihak Dinkes kemudian membawa penderita filariasis tersebut ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arjawinangun untuk kembali dilakukan observasi. (Ghofar)
Discussion about this post