KAB. CIREBON, (FC).- Rencana Presiden Prabowo Subianto yang akan membebaskan hutang para nelayan, petani maupun para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Perbankan tentunya program tersebut harus memprioritaskan nelayan kecil agar mereka bisa bebas dari ketergantungan para tengkulak atau bakul, hal itu yang membuat nelayan sulit mencapai kesejahteraan
Ketua BPD Citemu, Lukman Hakim mengatakan, program Presiden Prabowo Subianto yang akan membebaskan hutang khususnya para nelayan di perbankan disambut baik, hal ini agar para nelayan dapat mengakses permodalan di perbankan.
Namun, dirinya kerap mendapatkan keluhan-keluhan dari para nelayan di Desa Citemu, dimana nelayan di Citemu jarang bersentuhan dengan dunia perbankan, pasalnya mereka ini merupakan nelayan kecil, dan dalam aktivitas keseharian lebih melakukan pinjaman untuk biaya operasional melaut ke para tengkulak.
Dimana, para tengkulak memberikan permodalan biaya melaut kepada nelayan kecil, namun hasil dari tangkapan nelayan dibeli oleh para tengkulak dengan harga murah, bahkan tidak sedikit para tengkulak memonopoli harga beli ikan dari para nelayan.
Sehingga lanjutnya, para nelayan yang seharusnya mendapatkan hasil dari tangkapan namun dikarenakan adanya permainan tengkulak, sehingga para nelayan tidak mendapatkan hasil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Jangankan untuk dibawa pulang, buat bayar pinjaman dari tengkulak saja masih kurang, dan saat hendak melaut mereka kembali pinjam ke tengkulak,” ungkapnya.
Menurutnya, kebijakan Presiden Prabowo diharapkan dapat berpihak ke para nelayan kecil, agar mereka dapat terbebas dari ketergantungan dari para tengkulak. “Para nelayan berharap bisa terbebas dari ketergantungan dari tengkulak, karena nelayan di Desa Citemu sendiri lebih didominasi oleh nelayan kecil sekitar 70 persennya,” ujarnya.
Lukman menyebut, dimana nelayan sekali melaut itu membutuhkan biaya operasional di kisaran Rp200 hingga Rp300 ribu, namun hasil dari tangkapan para nelayan saat dibeli oleh tengkulak dengan harga jauh dari harga pasaran pada umumnya.
Dirinya mencontohkan harga ikan belo, hasil tangkapan nelayan, tengkulak memberi dengan harga sangat murah sekali hanya sebesar Rp1000 rupiah, dengan harga seperti itu bagaimana bisa untuk melunasi hutang ke tengkulak.
“Ya gimana mau bisa untuk membayar pinjaman ke tengkulak kalau pendapatan hasil melaut minim, boro-boro buat kebutuhan keluarga, buat bayar pinjaman ke tengkulak saja enggak cukup,” jelasnya.
Dirinya pun berharap, adanya wadah atau koperasi yang menampung hasil melaut nelayan yang bekerjasama dengan perbangkan, agar nelayan bisa mengakses permodalan untuk melaut dan tidak lagi ke para tengkulak.
“Setidaknya hasil tangkapan nelayan bisa ditampung koperasi syukur syukur bisa di suplai ke industri atau pabrik pengolahan ikan,” ungkapnya.
Yang tidak kalah penting, adalah tersedianya akses infrastruktur para nelayan, menurutnya tidak sedikit akses nelayan banyak yang mengalami pendangkalan atau penyempitan sedimentasi sungai.
“Kami berharap adanya bantaran untuk bersandar perahu, serta adanya normalisasi sungai khususnya sungai yang ada di Desa Citemu,” harapnya. (Nawawi)
Discussion about this post