KAB.CIREBON, (FC).- Memiliki hunian merupakan dambaan semua rakyat, terutama bagi keluarga baru, namun tidak semua bisa cepat mewujudkannya, kehadiran hunian subsidi menjadi solusi bagi masyarakat kecil yang berpenghasilan tidak menentu untuk mewujudkan impiannya.
Hal itu disampaikan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait atau yang akrab disapa Bang Ara saat hadir dan menyapa masyarakat yang tinggal di Perumahan D’Nirwana Harmoni, Desa Siliasih, Kecamatan Pabedilan, Kamis malam (30/10).
Dalam kunjungannya, ada momen paling menyentuh terjadi ketika Bang Ara mendengar langsung cerita dari para penghuni, yang sebagian besar adalah petani bawang dan buruh pabrik.
“Saya senang sekali mereka bisa memiliki hunian subsidi dengan penghasilan tak tetap,” ujar Bang Ara saat berbincang dengan media.
Bagi Bang Ara, rumah bukan sekadar bangunan tempat berteduh, tetapi rumah adalah simbol kehadiran negara di tengah rakyat, hal itu yang membawa semangat dalam kunjungan bertema “Gotong Royong Membangun Rumah untuk Rakyat” tersebut.
Dalam perbincangan itu, Bang Ara tampak memperhatikan setiap cerita dan saran yang disampaikan, dan setelah berbincang dengan beberapa penghuni perumahan, Bang Ara kemudian meninjau langsung salah satu rumah warga, dan mengakui hasilnya membuatnya puas karena bangunan rumahnya kokoh dan layak huni.
“Saya juga mengapresiasi pihak developer yang mampu menciptakan perumahan berkualitas meski bersubsidi,” ucapnya.
Sementara dalam keterangannya, Bang Ara menegaskan, bahwa pembangunan perumahan bukan sekadar proyek fisik, melainkan bagian dari upaya negara hadir membantu rakyat.
“Kunjungan ini bukan hanya seremonial. Kami datang membawa semangat gotong royong agar rakyat punya rumah yang layak,” ujar Bang Ara.
Ia menjelaskan, program perumahan rakyat adalah langkah kolaboratif antara pemerintah pusat, daerah, pengembang dan masyarakat.
Pemerintah daerah diharapkan aktif menyediakan lahan dan infrastruktur dasar, serta mempercepat proses perizinan.
“Pemerintah pusat tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan kerja sama lintas sektor agar manfaatnya benar-benar dirasakan rakyat,” ucapnya.
Salah satu bentuk keberpihakan pemerintah, lanjut Bang Ara, adalah pembebasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bagi penerima rumah subsidi. “BPHTB gratis ini adalah bukti nyata bahwa pemerintah berpihak kepada rakyat,” jelas dia.
Data nasional mencatat, masih ada sekitar 9,9 juta keluarga di Indonesia yang belum memiliki rumah, dan 26,9 juta rumah yang tergolong tidak layak huni.
Untuk menjawab tantangan itu, pemerintah menyiapkan dua langkah besar, yakni pembangunan rumah subsidi bagi masyarakat tanpa hunian dan program renovasi rumah bagi warga yang tinggal di rumah tak layak.
“Tahun ini pemerintah menargetkan renovasi 45 ribu unit rumah dan tahun depan akan ditingkatkan menjadi 400 ribu unit,” katanya.
Kebijakan tersebut menjadi harapan baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk warga Cirebon.
Di mata mereka, rumah bukan lagi sekadar mimpi, melainkan bukti nyata bahwa gotong royong masih hidup di negeri ini.
“Rumah bukan soal dinding dan atap. Ini tentang martabat, tentang mimpi dan tentang bagaimana negara hadir untuk rakyatnya,” ujar Bang Ara.
Kebanggan dan kebahagian tersebut juga dirasakan salah satu penghuni perumahan tersebut, Sutini (39), seorang buruh pabrik yang baru dua bulan menempati rumah di Perumahan D’Nirwana Harmoni, Desa Siliasih.
Sutini menuturkan, ia tak menyangka bisa menempati rumah yang mereka cicil lewat program pemerintah dengan bunga rendah. “Dulu saya cuma numpang di rumah orang tua, sekarang punya rumah sendiri, rasanya seperti mimpi,” katanya. (Nawawi)












































































































Discussion about this post