KAB. CIREBON, (FC).- Kesenian Burok, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia, berasal dari tradisi pertunjukan rakyat yang dikenal dengan tarian dan teater tradisional.
Dalam sejarahnya, Burok merupakan salah satu bentuk kesenian yang berkembang di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Berakar dari pengaruh budaya lokal dan Hindu-Buddha, Burok memadukan elemen seni tari, musik, dan drama yang biasanya dipertunjukkan dalam berbagai acara adat dan ritual.
Di tengah perjalanannya, Burok telah mengalami berbagai perubahan dan adaptasi, sehingga kini tampil dengan sentuhan modern tanpa menghilangkan keaslian tradisi.
Mahasiswa KKN Universitas Swadaya Gunung Jati, Kelompok 68 Desa Cibogo, baru-baru ini mengunjungi Dusun 1 dari Desa Cibogo, Kecamatan Waled, untuk menjelajahi dunia kerajinan kesenian Burok yang khas.
Di tengah semaraknya desa ini, terdapat sebuah pusat seni yang menonjol, yaitu Burok Nada Mustika Ratu, yang didirikan oleh A Iko dan Pak Tono pada tahun 2006.
Kerajinan burok ini tidak hanya menjadi bagian penting dari warisan budaya Desa Cibogo, tetapi juga menunjukkan betapa seni tradisional dapat terus berkembang dan relevan di era modern.
Desa Cibogo memang telah lama dikenal sebagai pusat kebudayaan yang kaya, namun kerajinan Burok di bawah bimbingan A Iko dan Tono membawa identitas seni desa ini ke tingkat yang lebih tinggi.
Dengan beragam produk seperti Singa Depak, Topeng Burok, dan Wayang Golek, mereka menawarkan sentuhan modern yang penuh kreativitas pada seni tradisional ini.
Selain itu, mereka juga melayani permintaan khusus dari konsumen, yang memungkinkan setiap produk dihasilkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasar.
Proses pembuatan kerajinan burok ini tidaklah mudah dan memerlukan ketelitian yang tinggi.
Dibutuhkan waktu antara 7 hingga 10 hari untuk menyelesaikan satu karya, tergantung pada jumlah dan tingkat kerumitannya.
Dengan waktu pengerjaan yang relatif panjang, setiap produk yang dihasilkan oleh Burok Nada Mustika Ratu menunjukkan dedikasi dan keterampilan yang luar biasa, memastikan kualitas dan seni yang terpancar dari setiap detailnya.
Distribusi produk-produk kerajinan burok khas desa cibogo ini telah meluas hingga ke berbagai daerah di luar Cirebon, seperti Kuningan, Majalengka, Indramayu, Jakarta, Brebes, hingga Tegal.
Kesuksesan pemasaran ini mencerminkan tingginya minat dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian burok.
Produk-produk ini menjadi elemen penting dalam berbagai acara seni dan budaya, terutama bagi event organizer, organ musik, dan pelaku seni pertunjukan yang menjadi target pasar utama.
Dampak positif dari keberadaan Burok Nada Mustika Ratu tidak hanya dirasakan dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam hal pelestarian identitas budaya kesenian di Desa Cibogo. A Iko dan Tono berhasil menjaga dan mengembangkan tradisi seni burok sambil memperkenalkannya kepada generasi muda dan pasar yang lebih luas.
Melalui inovasi dan dedikasi mereka, kerajinan burok ini telah menjadi simbol kebanggaan Desa Cibogo, yang terus bersinar sebagai cerminan kreativitas dan keberlanjutan seni tradisional dalam menghadapi perkembangan zaman.
Dengan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai tradisional dan keberanian untuk berinovasi, Burok Nada Mustika Ratu terus tumbuh dan berkembang, menjadi salah satu produsen kerajinan burok paling dihormati di Indonesia.
Kesuksesan mereka membuktikan bahwa seni tradisional, ketika diolah dengan tangan yang penuh dedikasi, dapat terus hidup dan berkembang, bahkan di tengah arus modernisasi. (Rls/FC)