KAB.CIREBON, (FC).- Guna meningkatkan ketertiban dan kenyamanan di ruang publik serta menjawab keluhan masyarakat, Polresta Cirebon menggelar operasi penertiban terhadap parkir liar, anak jalanan, komunitas punk, dan gelandangan-pengemis (gepeng). Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (4/7) pagi, di dua titik yakni kawasan lampu merah Weru dan kawasan wisata Batik Trusmi, Kabupaten Cirebon.
Operasi ini merupakan bagian dari program berkelanjutan Polresta Cirebon dalam menjaga ketertiban umum di wilayah hukumnya, khususnya di kawasan-kawasan vital yang menjadi jalur lalu lintas utama dan destinasi wisata.
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni dengan didampingi sejumlah pejabat utama serta sebanyak 23 personel gabungan dikerahkan dari jajaran Polsek Weru, Polsek Plered, unsur Sat Samapta, Lantas, Reskrim, Intelkam, dan Pam Obvit.
“Operasi berjalan lancar dan kondusif dengan dukungan dari perangkat desa serta masyarakat sekitar, kami berhasil mengamankan delapan orang yang diduga melakukan praktik parkir liar tanpa izin resmi dari pemerintah daerah” kata Sumarni.
Aktivitas parkir semacam ini telah menimbulkan keresahan, karena para juru parkir acapkali memungut biaya tak sesuai aturan dan menyebabkan kemacetan, khususnya di kawasan wisata Trusmi, yang dikenal sebagai sentra industri dan belanja batik terbesar di Cirebon.
Adapun delapan orang yang diamankan antara lain, M (70), warga Desa Tangkil, Kecamatan Susukan, D (33), warga Desa Bakung kidul, Kecamatan Jamblang, W (55), warga Desa Suranenggala Kulon, Kecamatan Suranenggala, S (47), warga Desa Bakung kidul, Kecamatan Jamblang S (39), warga Desa Surakidul, Kecamatan Suranenggala, T (23), warga Desa Suranenggala, Kecmatan Suranenggala, D (34), warga Desa Suranenggala Kidul, Kecamatan Suranenggala, T (24), warga Desa Wotgali, Kecamatan Plered.
“Mereka kemudian dibawa ke Polsek terdekat untuk dilakukan pendataan dan pembinaan, serta diberikan peringatan tegas agar tidak mengulangi perbuatannya,” tegasnya.
Selain penertiban parkir liar, lanjut Sumarni aparat juga melakukan penanganan terhadap kelompok anak jalanan, komunitas punk, dan gepeng yang berada di sekitar lokasi operasi. Dalam hal ini, Polresta Cirebon mengedepankan pendekatan persuasif dan humanis, tidak hanya sekadar menertibkan tetapi juga menghubungkan mereka ke jalur pembinaan sosial.
Sumarni juga menyampaikan, bahwa penertiban ini dilakukan karena banyaknya keluhan masyarakat terkait anak-anak punk dan gepeng yang mengganggu kenyamanan serta menimbulkan keresahan.
“Kami ingin kawasan wisata Trusmi, sebagai gerbang masuknya wisatawan ke Cirebon berada dalam kondisi tertib, bersih, dan nyaman. Tidak ada gangguan kamtibmas seperti anak-anak punk yang meminta-minta, tidur di trotoar, atau mengganggu pengguna jalan,” ujarnya
Ia menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menindaklanjuti hasil penertiban ini.
“Masalah ini tidak bisa diselesaikan oleh kepolisian saja. Diperlukan sinergi dengan Dinas Sosial, Satpol PP, dan Dinas Ketenagakerjaan untuk pembinaan lanjutan, termasuk pelatihan keterampilan, penempatan kerja, atau rehabilitasi sosial,” tegasnya.
Kapolresta menegaskan bahwa operasi semacam ini akan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, sebagai bagian dari strategi Polresta Cirebon dalam menciptakan suasana kabupaten cirebon yang kondusif, terutama di titik-titik strategis yang menjadi wajah daerah.
“Kami juga mengimbau masyarakat agar aktif melapor jika melihat praktik-praktik liar yang meresahkan. Tertib kota bukan hanya tugas polisi, tapi tanggung jawab bersama. Kami terbuka terhadap aduan dan akan segera menindaklanjuti setiap laporan warga,” tandasnya. (Johan)
Discussion about this post