KAB. CIREBON, (FC). – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk bisa menembus pasar global.
Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah melepas ekspor mebel dari UMKM binaan di tengah tantangan perdagangan global dan proteksionis isu lingkungan di Eropa.
Ekspor mebel berupa sofa bed berbahan dasar rotan itu dilepas oleh Kepala BI Cirebon, Anton Pitono dari lokasi produksi di Plumbon, Kabupaten Cirebon, Selasa (10/9).
BI Cirebon tidak hanya memberikan pelatihan dan pendampingan, tetapi juga memfasilitasi UMKM Binaan untuk memperluas jaringan dan menemukan mitra bisnis di luar neger.
Salah satunya melalui gelaran event Ciayumajakuning Enterpreuner Festival (CEF) tanggal 26-28 Juli 2024 lalu di Kuningan.
Pelepasan ekspor produksi PT. Masagena Maruarar Salawasna (Molja Furniture) sebagai UMKM Binaan BI Cirebon ini merupakan realisasi dari business matching dalam kegiatan CEF.
“Ini adalah ekspor perdana senilai 10.250 US Dollar. Mudah-mudahan akan terus bertambah, dan informasinya sudah ada repeat order untuk periode berikutnya,” ungkap Anton
Pihaknya akan terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan capacity building bagi pelaku usaha maupun proses bisnis dari para UMKM Binaan.
“Kami akan mempertimbangkan beberapa hal yang perlu didorong dalam rangka meningkatkan kualitas maupun desainnya , sehingga bisa menjadi lebih variatif sesuai kebutuhan buyer di luar,” ujarnya.
Dalam ekosistem UMKM Binaan Bank Indonesia, UMKM yang berhasil naik kelas menembus ekspor adalah merupakan tataran yang terttingi.
“Kami terus terang merasa bangga karena hari ini yang kami lepas itu ekspornya adalah dari pengusaha muda,” ungkap Anton.
Ia berharap langkah yang dilakukan Molja ini bisa menjadi pemicu semangat bagi para UMKM lainnya, khususnya binaan BI Cirebon di tengah berbagai tantangan perdagangan global.
Berkaitan dengan proteksionisme dalam perdagangan global menurutnya adalah isu lingkungan.
Untuk itu, Anton mendorong pengusaha UMKM untuk meyakinkan dunia bahwa produk ekspor dari alam ini betul-betul adalah produk yang sustainable.
“Digital marketing juga harus kita perbaiki dalam brosur ataupun dalam website tempat pemasaran produknya Molja, sehingga para buyer itu bisa memahami bahwa meskipun ini produk alam, tapi green economymya maupun sustainabiliuty itu juga terjamin. Karena itu juga yang menjadi pertimbangannya buyer dari luar,” kata Anton.
Menurutnya, ekspor impor saat ini sedang menghadapi tantangan terkait perang Rusia-Ukraina yang mempengaruhi terhadap rute kapal.
Selain eropa, negara-negara tujuan ekspor di Timur Tengah juga terdampak, sehingga permintaan akan barang-barang mebel juga akan berpengaruh.
“Mudah-mudahan hal ini tidak menyurutkan semangat teman-teman khususnya pengusaha muda. Namun demikian menjadi proses pembelajaran, proses penguatan dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan maupun lingkungan itu,” ungkap Anton. (Andriyana)