MAJALENGKA, (FC).- Kota Angin julukan untuk Kabupaten Majalengka semakin menunjukkan daya tariknya di mata investor global.
Lima negara besar seperti Korea Selatan (Korsel), Kepulauan Virgin Inggris, Samoa Barat, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan Seychelles, telah menanamkan investasi besar di Majalengka.
Ahli Madya Penata Kelola Penanaman Modal di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Majalengka, Tatang Gustawan menjelaskan, ini merupakan top 5 negara asal investor yang berpartisipasi dalam proyek-proyek besar di Majalengka.
Lebih jauh dia menyatakan, sebagian besar investasi yang masuk di Majalengka berfokus pada sektor industri pengolahan, dengan total investasi mencapai Rp3,19 triliun atau sekitar 88,7 persen dari total investasi yang masuk.
“Sektor ini mencakup pabrik sepatu, tas, industri makanan, bahan kulit, pakaian, dan sektor-sektor lainnya,” ujar Tatang kepada wartawan, Rabu (12/2).
Dia menjelaskan, selain sektor pengolahan, investor juga menunjukkan minat yang tinggi pada sektor real estat, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta perdagangan dan reparasi kendaraan bermotor.
Sektor real estate tercatat mencapai Rp247,1 miliar. Sementara sektor lainnya seperti perdagangan dan reparasi kendaraan mencapai Rp31,4 miliar.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Majalengka, Ucu Sumarna mengungkapkan, pada tahun 2024, Majalengka tercatat menguasai investasi di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) dengan nilai total Rp3,59 triliun.
Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang investasi sebesar Rp1,77 triliun. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencatatkan Rp1,82 triliun.
Angka ini melampaui target investasi yang sebelumnya ditetapkan sebesar Rp3,1 triliun.
“Ini menunjukkan bahwa Majalengka menjadi salah satu kabupaten yang paling diminati oleh para investor, baik dari PMA maupun PMDN,” ujar Ucu.
Dia menyebutkan, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya di Majalengka.
Salah satunya adalah infrastruktur yang terus berkembang, seperti akses tol dan keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, yang memudahkan distribusi barang dan mobilitas tenaga kerja.
Selain itu, rendahnya upah pekerja dan kemudahan dalam perizinan juga menjadi daya tarik utama bagi investor.
“Majalengka dipilih karena didukung oleh berbagai faktor strategis, termasuk kemudahan dalam perizinan dan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan daerah lainnya,” tutur Ucu.
Ia juga menyatakan, investasi besar yang masuk ke Majalengka juga memberikan dampak positif dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Pada tahun 2024, total investasi di Majalengka berhasil menyerap 21.017 tenaga kerja, dengan kontribusi yang hampir seimbang antara PMA dan PMDN.
Sektor PMA menyerap sekitar 10.462 tenaga kerja, sementara PMDN menyerap 10.555 tenaga kerja.
Investasi di Majalengka juga menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil. Sejak tahun 2019, investasi di daerah ini terus meningkat, meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2021 akibat pandemi COVID-19.
Namun, setelahnya, Majalengka kembali mencatatkan investasi yang meningkat setiap tahun, mencapai Rp3,59 triliun pada 2024.
Menurut Ucu, tren investasi yang stabil ini menunjukkan bahwa Majalengka semakin menarik bagi investor, baik domestik maupun internasional, dan semakin memperkokoh posisinya sebagai kawasan yang berkembang pesat di Jawa Barat. (Munadi)
Discussion about this post