KAB. CIREBON (FC).- Digegerkan pelaku penculikan, seorang pria asal Desa Kemlaka Gede, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon babak belur dihajar massa.
Diketahui pria tersebut bernama Anton (33) yang berprofesi sebagai pengamen, bahkan video aksi main hakim sendiri pun viral di lini masa media sosial, Facebook dan Instagram.
Aksi massa tersebut dipicu berawal dari adanya anak kecil yang menangis akibat layangan yang dibawa oleh korban, kemudian ada teriakan warga yang mengira ingin melakukan penculikan anak, sehingga orangtua dari anak tersebut reflek teriak culik.
“Saya awal sedang jalan dari komplek makam Buyut Trusmi, ada anak kecil mainan layangan tak sengaja layangan itu nyangkut ke badan saya, jadi saya pegang, tiba – tiba anak itu nangis sambil teriak culik – culik, begitu orang tuanya melihat sambil berteriak dan warga langsung mengejar,” kata Anton saat di temui Fajar Cirebon di rumahnya, Kamis (29/8).
Warga yang mendengar teriakan tersebut, lanjut Anton langsung berdatangan untuk menangkap hingga melakukan tindakan pengeroyokan. Bahkan, kata Anton sempat ditelanjangi dengan kondisi tangan serta kakinya diikat.
“Saya tertangkap, diikat, ditelanjangi dan dipukuli, bahkan disiram air di depan balai Desa Panembahan, sekitar pukul 16.00 WIB,” ujar Anton.
Di tempat yang sama, Mudi (66) ayah korban mengatakan, pasca terjadi pengeroyokan yang diduga oleh warga Desa Panembahan itu, Anton sering mengeluh sakit di bagian badanya, perut hingga di kepala dan belum bisa berobat akibat keterbatasan biaya.
“Saat awal kejadian seperti biasa saja, tetapi di hari kedua sampai saat ini Anton sering mengeluh sakit, bahkan sering mual,” katanya.
Ditanya apakah sudah ada yang memberi bantuan pengobatan, pihaknya mengaku bahwa sampai saat ini baik dari warga atau Pemdes Panembahan belum ada sama sekali yang datang ke rumah, dia berharap hanya ingin meminta pertanggung jawaban saja yaitu biaya pengobatan.
“Sudah tidak apa- apa, saya terima anak saya diperlakukan seperti itu, mungkin ini musibah, saya tidak akan menuntut secara hukum, saya cuma minta dibantu untuk biaya pengobatan saja,” kata Mudi
Mudi melanjutkan, dia yakin betul anaknya tidak mungkin berbuat seperti itu, meskipun pekerjaannya serabutan (Ngamen,-red), Anton dikenal pendiam, baik. Kalo berangkat ngamen saja selalu bawa peralatan salat di tasnya.
“Saya sakit sih pas melihat anak saya diikat, di telanjangi, itu ada sarung yang menutupi, itu sarung punya anak saya yang biasa di pakai untuk salat,” ungkapnya.
Sementara itu, Kapolsek Plered, AKP Kentar Budi Sediyono melalui Kanit Reskrim Ipda Jupri membenarkan, adanya seseorang pengamen yang diamuk massa karena dituduh sebagai penculik.
“Yang teriak itu anak-anak, bisa jadi mereka iseng. Namun teriakan itu didengar masyarakat, sehingga disangka culik. Padahal bukan culik,” ujar Jupri. (Johan)