MAJALENGKA, (FC).- Sejumlah petani di Desa Panongan, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka berusaha memanen padi lebih awal sebelum tanaman habis dimakan tikus.
Pasalnya bila tidak dipanen lebih awal dua minggaun kerugian yang diderita tidak bertambah banyak.
Menurut keterangan petani, tanaman padi yang dipanen sekarang pun adalah sisa serangan hama ulat dan sundep yang menyerang saat tanaman padi masih muda, ketika usia di bawah satu bulanan.
Setelah itu serangan berganti si monyong tikus hingga menjelang panen.
“Sekarang dipanen sebelum habis diserang tikus,” ungkap Hasanudin salah seorang petani di Desa Panongan, Senin (5/8).
Menurutnya selain serangan hama, kekeringan juga mempengaruhi dilakukannya panen lebih awal.
Akibat serangan hama dan kekeringan otomatis menurut Hasanudin hasil panen pun sangat sedikit, demikian juga dengan kualitas gabah yang diperoleh petani.
Karena dipanen lebih awal bulir padi pun lebih kecil apalagi bulir padi belum saatnya dipanen, tak heran jika bulir lebih kecil, bobotnya pun akan berkurang.
Disampaikan Juhri petani lainnya, karena tanaman diserang hama, buruh tani pun enggan menjadi buruh panen padi, karena tenaga yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan gabah yang diperoleh.
“Udah panen sedikit, buruh panen juga tidak bersedia. Sekarang petani memilih panen dengan combine, disamping gabah bisa langsung bersih. Panen dengan mesin upahnya bagi hasil, masih mending panen menggunakan mesin,” kata Juhri.
Menurutnya karena serangan hama dan kekeringan, dalam satu hektare sawah yang biasanya diperoleh gabah hingga 5 ton, di musim panen kedua tahun ini paling hanya diperoleh sekitar 1,5 ton hingga dua ton an saja.
Tahun ini menurut petani, hampir semua petani padi merugi, akibat tanamannya diserang beragam hama serta kekeringan.
Bahkan bagi yang terlambat tanam diprediksi banyak yang tidak akan panen karena kondisi sawahnya kekeringan sementara tanaman padi belum berbuah.
“Sekarang banyak sawah yang kondisi tanamannya belum berbunga, ada yang berbunga baru sebagian,” tambah Juhri yang mengaku dirinya masih beruntung jika dibanding petani lain yang sama sekali tidak bisa panen.
Kepala Desa Panongan Taufik menyebutkan, hampir sebagian besar petani di wilayahnya alami kerugian akibat serangan hama sundep, tikus serta terjadinya kekeringan. Kini ada ratusan hektare sawah petani yang diperkirakan gagal panen.
“Total luas areal sawah ada 250 hektare, seluas 150 hektare diantaranya diperkirakan bakal gagal panen, kalaupun bisa dipanen hasilnya tidak maksimal paling tidak sampai separuh dari biasanya. Sebagian besar petani di wilayahnya tidak mengikuti asuransi tani karena keterbatasan kuota disamping banyak petani yang tidak mengetahui. (Munadi)