KOTA CIREBON, (FC).– Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Barat menyelenggarakan sarasehan dalam kegiatan bertajuk West Java Economic Society (WJES) 2024.
Sarasehan yang diselenggarakan di Kantor Perwakilan BI Cirebon pada Selasa (30/4) ini mengusung tema “Optimalisasi BIJB sebagai Sumber Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat”.
Sarasehan ini dianggap sangat penting dan krusial untuk mendengarkan pemaparan dan pokok-pokok pikiran dari multi stakeholder yakni dari pemerintah yang diwakili Kepala Badan Pengelola Kawasan Metropolitan Rebana, Bernardus Djonoputro.
Kemudian Ismayasari sebagai Ketua KADIN Kota Cirebon, dan kalangan akademisi yang diwakili oleh Ibnu Syabri dari Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung.
Ketua ISEI Jawa Barat, Martha Fani. Cahyandito mengatakan, sarasehan yang mengundang pembicara-pembicara yang kompeten ini dimakaudkan untuk membedah problema dan dilema yang dihadapi BIJB dalam memberikan daya ungkit yang lebih maksimal guna meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan Jawa Barat.
Juga memetakan potensi dan daya dukung bagi terciptanya ekosistem yang positif pada BIJB melalui pengenbangan Kawasan Rebana Metropolitan dan daerah-daerah sekitarnya.
“Dalam pemaparan pandangan dari pembicara dan diskusi dengan peserta sarasehan mengenai hal-hal tersebut, kita berharap akan muncul gagasan-gagasan segar tentang strategi pengembangan BIJB dan peran yang dapat diambil oleh segenap stakeholder yang ada saat ini,” ungkap Martha dalam sambutan opening sarasehan tersebut.
Sehingga, ke depan BIJB diharapkan dapat benar-benar menjadi sumber pendorong bagi pertumbuhan bagi wilayah di sekitarnya serta sektor-sektor perekonomian yang hidup di dalamnya.
“Kita memahami dan mengapresiasi berbagai inisiatif yang diambil oleh pemerintah prooinsi Jawa Barat dalam mendongkrak kinerja ekonomi BIJB, khususnya dengan meningkatkan jumlah kedatangan penumpang BIJB, meskipun jumllah penumpang yang menggunakan jasa bandara ini belum ideal sebagaimana yang ditargetkan,” ujarnya
Komitmen pemerintah dalam merangsang manfaat bandara antara lain dengan penambahan jumlah penerbangan, pemanfaatan BIJB sebagai gerbang keberangkatan bagi jamaah Umroh, hingga pengembangan kawasan terpadu dengan konsep Aerocity, belum mendapatkan dukungan dan penguatan dari berbagai pihak.
“BIJB sebagai bandara terbesar kedua di Indonesia yang dikelilingi oleh kawasan industri pengolahan dan daerah-daerah yang menawarkan sumber daya dan oeluang bagi kegiatan perdagangan dan tourism, semestinya bisa berkontribusi lebih besar bagi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan Jawa Barat, khususnya daerah-daerah yang ada di sisi timur laut dari provinsi ini,” kata Martha.
Menurutnya, BIJB merupakan etalase dan magnet pembangunan yang perlu dieksplorasi lebih jauh bagi pengembangan fungsi dan peran, sehingga tujuan keberadaan Bandara Internasional ini dapat dicapai.
“Karena itulah sarasehan ini mendorong penguatan sinergi yang kompak antara BIJB, Kawasan Rebana Metropolitan, dan Kabupaten/Kota di Ciayumajakuning serta Subang dan Sumedang, sehingga dapat muncul sense of ownership. Dari sini akan berkembang menjadi penguatan-penguatan terutama ekonomi di Jawa Barat,” ucapnya.
Kolaborasi dari seluruh stakeholder untuk mengatasi kendala dalam menjadikan BIJB sebagai wahana pendongkrak kemaajuan daerah juga perlu diperkuat.
“Persoalan seperti belum sempurna fasilitas bandara, baik untuk keperluan penumpang maupun maskapai penerbangan, juga hal yang terkait belum optimalnya interkoneksitas antar moda transportasi yang terhubung dengan BIJB, harus dihadapi secara bersama-sama dengan langkah yang terkoordinasi dengan baik,” lanjut Marrha
(Andriyana)