KAB. CIREBON, (FC).- World Health Organization (WHO) menerjunkan International Assessor team terkait adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di Jawa Barat, salah satunya melakukan assessment ke Puskesmas Mundu, Kabupaten Cirebon pada Jumat (14/7) kemarin, yang bertujuan melakukan pengecekan sejauh mana pemberian vaksin polio di Kabupaten Cirebon agar polio tidak menyebar ke wilayah lain di Jawa Barat.
Dalam kunjungannya, International Assessor of Polio Outbreak Response, dr Chris Maher mengatakan, kehadiran WHO bersama tim Kemenkes untuk melakukan respon terhadap kejadian luar biasa polio di Jawa barat dengan melakukan dua sub pin polio, dimana kegiatan itu merupakan penilaian terhadap respon tersebut, meski kejadian luar biasa kasus polio adanya di Purwakarta, membuat tim WHO bersama Kementerian Kesehatan melakukan assessment di beberapa daerah di Jawa Barat, tidak hanya Purwakarta yang menjadi lokasi KLB, WHO juga mendatangi beberapa wilayah lainnya seperti Kabupaten Cirebon tujuannya tentu saja untuk mencegah kasus serupa terjadi di Jawa Barat.
“Kami dari International Assessor team melakukan kegiatan assessment kejadian luar biasa atas kasus polio yang terjadi di Purwakarta awal tahun 2023 lalu, tim assessment melakukan pengecekan sejauh mana pemberian vaksin polio di Kabupaten Cirebon,” paparnya.
Dijelaskan Cris, assessment dilakukan terhadap respon daripada sub PIN polio yang sudah dilakukan oleh pemerintah Jawa Barat.
Sebagaimana diketahui, terjadi KLB polio di Jawa Barat pada tahun ini dan pemerintah Indonesia bersama-sama dengan mitra melakukan respon terhadap kasus tersebut dengan mengadakan dua putaran sub pin, kegiatan ini adalah bagian daripada penilaian terhadap respon tersebut, untuk di wilayah Kabupaten Cirebon sendiri senenarnya tidak ada kasus polio tetapi kasusnya berada di Purwakarta dan Cirebon merupakan bagian dari Jawa Barat, sehingga harus melakukan perlindungan perlindungan terhadap seluruh anak balita.
“Terdapat dua poin yang yang digunakan untuk melakukan verifikasi diantaranya pelaksanaan suping polio dan yang kedua kapasitas daripada tenaga kesehatan dalam melakukan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau biasa dikenal dengan Lumpuh Layuh,” terangnya.
Kepala Puskesmas Mundu, drg Tanti Trisnowati, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada International Assessor team, karena dengan kedatangan mereka membuat pihaknya mengetahui sejauh mana kinerja tenaga medis di Puskesmas Mundu terutama dalam penanganan polio di wilayah kerja Puskesmas Mundu.
Kemudian, kehadiran mereka juga menambah pengetahuan baru yang mana mereka memberikan pengalaman dan wawasan baru yang itu akan dijadikan pedoman kinerja pegawai Puskesmas Mundu untuk kedepannya.
“Atas kehadiran International Assessor team ke Puskesmas Mundu ini kami menyampaikan terima kasih, karena telah memberikan pengetahuan dan wawasan baru untuk peningkatan kinerja tenaga kesehatan kami yang ada di Puskesmas Mundu untuk kedepannya,” tuturnya.
Sementara terkait adanya informasi dua warga di wilayah Desa Citemu, Kecamatan Mundu yang positif polio, Tanti sapaan akrabnya menjelaskan, bahwa setelah dilakukan pengecekan dan pemeriksaan mendalam, bahwa kedua warga tersebut bukan positif polio, akan tetapi hanya gangguan tumbuh kembang.
Dengan adanya temuan kinerja tim surveilan Puskesmas Mundu kepada dua penderita tumbuh kembang tersebut merupakan gejala yang mirip dengan positif polio, hal itu membuat Puskesmas Mundu menjadi atensi dikunjungi oleh International Assessor team.
“Kami mendapat apresiasi dari International Assessor team, karena menganggap bahwa kinerja tim dari Puskesmas Mundu terbilang sudah cukup teliti,” ungkapnya.
Lanjut menurut Tanti, untuk capaian sub pekan imunisasi nasional (PIN) polio di Kecamatan Mundu sendiri dinilai telah mencapai target, dari dua kali pelaksanaan di tahun 2023 tahap pertama mencapai 113 persen dan tahap dua mencapai 103 persen, serta Opv 1 dan Opv 4 mencapai target, sehingga Kecamatan Mundu menjadi salah satu kecamatan yang capaian imunisasi polio melebihi target.
“Dari 100 Pos PIN yang tersebar hasilnya cukup signifikan dan dapat mendorong percepatan imunisasi balita, bahkan jika terdapat balita yang belum menerima imunisasi pada bulan Mei dan Juni lalu, petugas melakukan sweeping ke rumah-rumah warga yang memiliki balita 0 sampai 59 bulan,” paparnya. (Nawawi)
Discussion about this post