KAB. CIREBON, (FC).- Sepanjang tahun 2024, Women Crisis Center (WCC) Mawar Balqis mencatat peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan di Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), dengan total 68 kasus terdokumentasi atau naik 4 persen dibandingkan tahun lalu.
Menurut Manager Program WCC Mawar Balqis, Sa’adah, melalui Catatan Akhir Tahun 2024 sementara, terdapat 68 kasus kekerasan yang tercatat di WCC Mawar Balqis.
“Jumlah ini meningkat 4 persen dibandingkan 2023, dimana tercatat 64 kasus angka tersebut baru sebagian kecil dari realitas di lapangan karena banyak korban yang enggan melapor akibat stigma sosial dan faktor ketergantungan ekonomi” ujar Sa’adah. Kamis (12/12)
Pada 2024, lanjut Sa’adah, kasus KDRT menjadi yang paling dominan dengan 45 kasus atau 66% dari total laporan. KDRT menjadi persoalan utama. Banyak korban memilih menyelesaikannya secara internal karena tekanan sosial dan ketergantungan ekonomi kepada pelaku.
Kasus kekerasan seksual berada di posisi kedua dengan 17 laporan atau 22%, meliputi korban anak dan dewasa. Selanjutnya, kasus kekerasan terhadap pekerja migran tercatat sebanyak 5 kasus dan kekerasan berbasis gender online sebanyak 3 kasus.
“Fenomena gunung es masih kentara. Banyak korban kekerasan seksual enggan melapor karena takut stigma dan victim blaming,” ungkapnya.
Selain KDRT dan kekerasan seksual, WCC Mawar Balqis juga mencatat bentuk kekerasan lainnya, seperti kekerasan psikis (63 kasus), penelantaran ekonomi (38 kasus), dan kekerasan fisik (11 kasus).
“Penelantaran ekonomi sering kali dipicu oleh judi online, dimana pelaku mengabaikan kebutuhan keluarga. Sementara itu, sebagian besar kekerasan seksual terjadi di ranah domestik, dengan pelaku yang sering kali adalah orang terdekat korban seperti ayah tiri, ayah angkat, atau paman,” ujar Sa’adah.
Untuk mendukung korban, WCC Mawar Balqis menyediakan berbagai layanan, termasuk konseling psikologis, bantuan hukum, dan pendampingan medis. Bekerjsama dengan P2TP2A Kabupaten Cirebon dan memungkinkan korban mengakses layanan visum gratis di RSUD Arjawinangun, RSUD Waled, dan RS Sidawangi.
“Korban juga dapat tinggal di rumah aman yang kami sediakan jika situasi di rumah tidak memungkinkan,” jelas Sa’adah.
Dalam kesempatan itu, Sa’adah menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menangani kekerasan berbasis gender.
“Kami menyerukan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan ruang aman, mengadakan kampanye berkelanjutan, serta melibatkan komunitas desa,” pungkasnya. (Johan)
Discussion about this post