KOTA CIREBON, (FC).- Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Cirebon, melalui Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Ternak Potong (UPT BPTP), masih mewaspadai Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi/kerbau.
Kepala UPT BPTP Kota Cirebon Astrid Yunita mengungkapkan, sampai kini LSD masih menyerang sapi-sapi yang diternakkan di UPT BPTP Kota Cirebon.
LSD atau cacar sapi/kerbau sendiri adalah penyakit yang disebabkan virus.
Ditularkan melalui antropoda, terutama serangga penghisap darah (lalat, nyamuk, caplak), virus penyebab LSD juga bisa menyebar melalui pakan dan air yang terkontaminasi, bahkan melalui saliva, sekresi hidung, dan air mani.
LSD yang juga dikenal dengan sebutan penyakit Lato-lato ini terutama menyerang sapi, dengan ciri benjolan pada kulit hewan.
Meski begitu, Astrid meyakinkan, saat ini LSD sudah tak lagi menular sebab vaksinasi terus dilakukan pihaknya.
“Kita benar-benar masih mengantisipasi penyakit itu (LSD) karena memang beberapa sapi masih terkena LSD, tapi sudah tidak menular karena sudah diberikan vaksin,” ungkapnya Senin, 11 Desember 2023.
Tak hanya LSD, penyakit mulut dan kuku atau PMK juga diantisipasi UPT BPTP Kota Cirebon. Selain vaksin, sapi-sapi yang dipelihara di kandang UPT BPTP Kota Cirebon juga menerima vitamin.
Jumlah sapi yang ada di UPT BPTP Kota Cirebon sendiri sebanyak 115 ekor. “Kami pastikan sapi-sapi ini rutin diperiksa kesehatannya,” tegas Astrid.
Dia bahkan menjuluki pemeriksaan rutin yang diselenggarakan setiap 2 pekan sekali itu dengan “Posyandu Sapi”.
Layaknya posyandu pada manusia, sapi yang datang untuk mengikuti kegiatan ini harus melalui serangkaian pemeriksaan kesehatan, termasuk pemberian vitamin.
“Kita melakukan penimbangan setiap bulan untuk mengetahui berat badan sapi. Usia penimbangan kita mulai dari usia pedet atau sapi baru lahir hingga dewasa,” terangnya.
Di Posyandu Sapi, para sapi digiring satu persatu menuju alat timbangan yang sudah disediakan. Di sana, petugas yang siaga membuka tutup pintu agar sapi bisa masuk dan siap ditimbang.
Seorang petugas juga siap mencatat hasil timbangan berat badan sapi. Sementara, seorang dokter hewan yang ikut berjaga menyuntikkan vitamin maupun obat-obatan yang diperlukan.
“Hasil penimbangannya kita evaluasi setiap bulan, apakah berat badannya naik atau turun. Begitu juga pemberian vitamin,” jelasnya.
Selanjutnya, para sapi yang sudah diperiksa digiring kembali ke kandang.
Astrid memastikan, seluruh sapi diperiksa di Posyandu Sapi, baik jantan dan betina, maupun betina yang bunting maupun tidak bunting.
Selain Posyandu Sapi, UPT BPTP Kota Cirebon pula tak jarang memberikan pelayanan terpadu terhadap kesehatan sapi ternak yang dipelihara masyarakat. (Agus)