KUNINGAN, (FC).- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI) Cirebon menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengangkat tema ”Penguatan Identitas Kopi Lokal Menuju Go Global”.
Kegiatan ini sebagai upaya meningkatkan branding kopi wilayah Ciayumajakuning melalui penguatan identitas kopi lokal.
Juga rantai pasok kopi yang terintegrasi dari hulu sampai hilir dengan mengedepankan aspek keberlanjutan.
Manajer Fungsi Pengembangan UMKM Keuangan Inklusif dan Ekonomi Syariah Bank Indonesia, Muhammad Harun Ar-Rasyid menjelaskan maksud FGD dilakukan untuk mengeksplorasi hasil survei yang telah dilakukan di wilayah Kabupaten Kuningan dan Majalengka.
BI Cirebon melakukan survei ke 9 titik, (3 titik wilayah Majalengka dan 6 titik wilayah Kuningan) beberapa waktu lalu ke daerah penghasil kopi.
“Komoditas kopi di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka memiliki potensi besar. Ditunjang kondisi geografis yang mendukung, dengan adanya gunung Ciremai dan area perbukitan di sekitarnya menjadikan komoditas kopi di 2 kabupaten tersebut saat ini mulai berkembang pesat. Faktor alam tersebut disebabkan oleh adanya elevasi yang mencukupi sebagai tempat tumbuh kopi,” jelas Harun
Harun menjelaskan ada beberapa lahan yang kurang produktif yang saat ini masih dapat digunakan petani untuk dijadikan area kebun kopi, seperti yang ada di Desa Bantar Agung dan Desa Payung Kabupaten Majalengka.
Adapun beberapa kelompok tani mulai melakukan intensifikasi sehingga menjadikan komoditas kopi saat ini menjadi komoditas yang diunggulkan.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan Wahyu Hidayah.
Dalam kesempatan itu ia menyampaikan pentingnya mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan penjualan, seperti pemanfaatan media social.
Kemudian membuat kemitraan dengan perusahaan, inovasi produk, dan mengikuti event seperti pameran kopi untuk memperkenalkan produk secara lebih luas.
“Kabupaten Kuningan memiliki kondisi iklim dan tanah yang sangat mendukung untuk pertumbuhan kopi yang berkualitas juga memiliki keanekaragaman jenis kopi yang telah di tanam oleh petani. Hal ini merupakan potensi besar untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan petani kopi,” jelas Wahyu.
Wahyu mengungkapkan data sebaran kopi yang terdapat di wilayah Kabupaten Kuningan. Untuk kopi robusta tersebar di Kecamatan Cilebak, Subang, Selajambe, Darma, Ciniru, Hantara, Cilimus dan Karangkancana.
Sedangkan Kopi Arabika tersebar di Kecamatan Cilebak, Darma, Cigugur, Cilimus dan Mandirancan. Kemudian kopi liberika tersebar di Kecamatan Subang, Darma, Cigugur dan Cilimus.
Wahyu menyebutkan luas kopi robusta mencapai 1.485,25 Ha, Kopi Arabika 87,07 Ha, dan Kopi Liberika 1,85 Ha. Adapun jumlah produksi kopi robusta sebanyak 472,06 ton, Arabika 26,22 ton dan kopi Liberika sebanyak 1,5 ton.
Wahyu menuturkan, perluasan areal tanam kopi perlu dilakukan dan proses budidaya kopi berperan penting dalam peningkatan produksi kopi di Kabupaten Kuningan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan upaya pengembangan varietas unggul, peningkatan teknik budidaya, pengelolaan lahan yang baik dan pengembangan infrastruktur.
“Melalui pengidentifikasian yang kuat akan membantu kopi lokal bersaing di pasar nasional maupun global,” kata Wahyu
Wahyu menyebutkan untuk pengembangan kopi lokal go global pentingnya untuk membangun kepercayaan konsumen melalui branding Indikasi Geografis (IG).
Konsumen mencari ciri khas asal dan kualitas saat memutuskan apa yang akan dibeli. Penggunaan label IG menghubungkan produk dengan warisan dan reputasi lokal dengan menawarkan jaminan asal dan karakteristik tertentu.
Manfaat perlindungan Indikasi Geografis, dikatakan Wahyu memperjelas identifikasi produk dan menetapkan standar produksi dan proses di antara para pemangku kepentingan Indikasi Geografis, menghindari praktik persaingan curang, memberikan perlindungan konsumen dari penyalahgunaan reputasi Indikasi Geografis.
Kemudian menjamin kualitas produk Indikasi Geografis sebagai produk asli sehingga memberikan kepercayaan pada konsumen. Banyak manfaat yang bisa didapatkan.
Hal ini juga dapat membina produsen lokal, mendukung koordinasi, dan memperkuat organisasi sesama pemegang hak dalam rangka menciptakan, menyediakan, dan memperkuat citra nama dan reputasi produk.
Selain itu, masih Wahyu, meningkatnya produksi dikarenakan di dalam Indikasi Geografis dijelaskan dengan rinci tentang produk berkarakter khas dan unik, reputasi suatu kawasan Indikasi Geografis akan ikut terangkat.
Selain itu Indikasi Geografis juga dapat melestarikan keindahan alam, pengetahuan tradisional, serta sumber daya hayati, hal ini tentunya akan berdampak pada pengembangan agrowisata.
Di akhir paparan Kadis Wahyu mengapresiasi sekaligus menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada BI atas dukungan dan bantuan fasilitas terhadap petani kopi di wilayahnya.
“Saya berharap melalui FGD dapat menjadi upaya penguatan kolaborasi untuk mengembangkan budidaya kopi di wilayah Kuningan dan Majalengka,” ujar Wahyu
FGD di isi dengan diskusi, saran pandang, tanya jawab dengan para pelaku usaha kopi Kuningan dan Majalengka. Serta adanya Kesepakatan FGD dengan dibuat tim untuk proses pengusulan Indikasi Geografis Kopi Kuningan dan Majalengka. (Ali)