MAJALENGKA, (FC).- Perwakilan tokoh masyarakat dan Karang taruna Desa Wanasalam, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka pada Selasa (24/1) didampingi Pemdes setempat menggeruduk pabrik yang memproduksi sarung jok mobil mewah milik PT Cellmech Internasional Indonesia (CII) yang berlokasi di samping SDN III Wanasalam.
Kedatangan mereka menuntut tranparansi pihak manajemen pabrik terkait rekuitmen karyawan yang selama ini dinilai oleh mereka dirasa tidak adil, bahkan cenderung mengutamakan penerimaan karyawannya dari luar Desa Wanasalam.
Kepala Desa Wanasalam, Apan Sutarpan menyampaikan, saat ini pihaknya sering mendapatkan keluhan dan aduan dari warga terkait begitu sulitnya untuk bisa bekerja di pabrik yang saat ini memproduksi jok mobil.
Di samping itu pula, anak-anak Karang Taruna mempertanyakan terkait PHK bagi karyawan yang habis kontrak kerja, kebanyakan pekerja asli pribumi banyak yang di PHK atau dirumahkan.
Namun dibalik itu pihaknya mendapatkan informasi justru pekerja dari luar Desa Wanasalam banyak yang dipertahankan walaupun kontrak kerjanya habis.
Ditegaskan Kades Apan, pihak manajemen pabrik harus bijak dalam hal rekutmen dan mem-PHK pekerja.
“Ingat ya, pengorbanan warga di sini dalam hal melepas sebidang lahan sawahnya untuk dijadikan bangunan pabrik. Ya walaupun notabene dibayar dalam pembebasannya, di hati kecilnya berharap setelah pabrik beroperasi maka, anak, cucu, keluarga dan tetangganya berharap bisa bekerja di pabrik ini,” tegas Kades Apan.
Yang disesalkan pihaknya, ternyata hasil penelusuran, bahwa banyak pekerja yang dari luar Desa Wanasalam yang habis kontrak kerjanya justru masih banyak yang dipekerjakan, namun mirisnya banyak pekerja pribumi yang di PHK tanpa alasan yang jelas.
Dikatakannya, awal berdirinya pabrik ini saat itu memberikan angin surga kepada warga Desa Wanasalam, dengan iming-iming dipermudah untuk bekerja di pabrik ini.
Sehingga warga setempat tidak keberatan lahan tanah atau sawahnya rela dibebaskan untuk berdirinya sebuah pabrik, dengan harapan agar setelah pabrik berdiri tenaga kerja pribumi minta diprioritaskan.
Nada yang sama disampaikan Ketua Karang Taruna Wanasalam, Anton. Dirinya meminta ketegasan dan jaminan kepada manajemen pabrik untuk memperhatikan warga pribumi agar bisa diterima bekerja di PT CII.
Kalau dalam penyampaian aspirasi ini tidak digubris, kata Anton, maka pihaknya akan melakukan aksi yang lebih besar demi memperjuangkan hak-hak pribumi.
“Kami warga Desa Wanasalam tolong minta diperhatikan, agar ke depan tidak lagi jadi penonton, melainkan bisa mencari nafkah alias bekerja agar bisa menafkahi keluarga,” tegas Anton dengan nada yang tinggi.
Sementara Mr Waang, selaku Direktur PT Cillmech Internasional Indonesia, menyampaikan, akan menampung semua keluhan warga setempat.
Cuma perlu disampaikan bahwa tahun tahun ini sistem produksinya menurun, sehingga sampai saat ini belum ada untuk penerimaan pekerja baru.
Perusahaannya sekarang sedang melakukan efisiensi. Semula karyawan di pabrik ini ada kisaran 400 an pekerja, namun saat ini tersisa 150 an.
“Semua keluhan kami tampung dan akan disampaikan ke manajemen pusat, karena saya pribadi tidak bisa mengambil keputusan,” ucap Mr Waang dihadapan perwakilan anak-anak Karang Taruna.
Sementara itu, Irfan selaku HRD PT CII menyampaikan, untuk masuk kerja di pabrik ini intinya tidaklah sulit, yang penting mempunyai skill dan pengalaman.
Namun kebanyakan setiap pelamar yang ingin bekerja di sini saat dites dan diuji dengan soal yang sama faktanya dari 60 orang dites hanya satu orang yang bisa menjawabnya.
“Kami tidak pernah bermain curang dalam rekuitmen tenaga kerja, yang penting memenuhi syarat dan punya skill, maka pelamar tersebut bisa diterima di pabrik ini,” ujar Irfan.
Dari audinsi yang berjalan sekitar 2 jam, tidak menemui titik temu atau kesepakatan bersama. Namun anak-anak Karang Taruna dan Pemdes Wanasalam akan melayangkan semacam surat perjanjian yang nantinya akan disampaikan ke manajemen PT CII.
Isi dari perjanjian itu akan dibawa oleh manajemen pabrik ke pusat, sehingga bisa mendapatkan solusi terbaik.
Inti dari perundingan itu adalah, anak-anak Karang Taruna setempat menuntut janji pihak perusahaan yang pernah mensosialisasikan bahwa dalam rekutmen pekerja itu porsinya 75 persen pribumi, sisanya yang 25 persen untuk non pribumi. (Munadi)