KUNINGAN, (FC).- Sekitar awal bulan April 2020, Pemerintah Kabupaten Kuningan resmi mengoperasikan eks RS Citra Ibu sebagai rumah sakit khusus penanganan pasien suspect Covid-19.
Saat itu, ketika meresmikan pengoperasian eks RS Citra Ibu, Bupati Kuningan, H.Acep Purnama menyampaikan, disiapkannya eks RS Citra Ibu sebagai rumah sakit darurat untuk penanganan pasien khusus suspect Covid-19.
Namun, belum sampai setahun dioperasikannya eks RS Citra Ibu sebagai rumah sakit khusus penanganan pasien suspect Covid-19 kondisinya sepi, dan tidak ada satu pun pasien COvid-19 yang sedang melakukan perawatan disana.
Sesuai pengamatan langsung yang dilakukan FC pada Kamis (4/3), hanya ada satu orang yang sedang berjaga di Pos Satpam dan sekitar 4 orang Perawat yang sedang ngobrol di Rumdin belakang bangunan eks RS Citra Ibu.
Saat hal ini dikonfirmasikan ke Kabid Pelayanan RSUD 45, dr. Hj. Lidya terkait kekosongan pasien di eks RS Citra Ibu (5/3), dirinya mengakui bahwa sudah lebih dari seminggu ini tidak ada pasien Covid-19 yang dirawat di eks RS Citra Ibu.
“Memang saat ini banyak yang positif, tapi kan kebanyakan tanpa gejala OTG, Jadi kalau tanpa gejala itu tidak dirawat di RS, dia isolasi mandiri di rumah. Sekarang kita ada di belakang ada isolasi covid namanya untuk yang berat-berat, biasanya covid itu menyerang yang sudah punya komorbid,” jelas dr. Hj. Lidya .
Menurutnya, hal ini disebabkan menurunnya pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD 45, dikarenakan rumah sakit-rumah sakit di Kuningan sudah bisa melakukan perawatan pasien Covid, tidak hanya RSUD 45 dan RSUD Linggarjati saja.
“Sekarang kondisinya kalau di belakang itu, pasien cenderung menurun yang dirwat di kita ya, karena RS Wijaya, RS Sekar Kamulyan, RS Permata sudah bisa merawat pasien Covid. kalau dulu kan kita sendiri sama Linggarjati, terus terang di kita pasien berkurang,” lanjutnya.
Lebih lanjut, dr. Hj. Lidya menyampaikan, eks RSCI peruntukannya untuk orang-orang yang positif Swab atau PCR Positif tapi gejalanya tidak berat
“Kalau di eks RSCI kemarin-kemarin kita peruntukan untuk orang-orang yang positif Swab atau PCR Positif tapi gejalanya tidak berat, seminggu terakhir tidak ada pasien, kalau kemarin-kemarin ada tapi tidak banyak karena memang pasiennya covid cenderung menurun,” ujar dr. Hj. Lidya
Saat ini, menurutnya tingkat hunian pasien di RSUD 45 cenderung menurun drastis. Dari semula rata-ratanya sekitar 70-80 %, semenjak adanya pandemi kini hanya tinggal 30 %, dan untuk perawatan pasien Covid
“Pasien kan tidak langsung kesini, BPJS kan ada rujukan berjenjang, terus biasanya ke RS Kelas C dulu, dulu kalau covid pasti dirujuk ke kita atau Linggarjati, karena cuma kita yang ditunjuk, sekarang Sekar Kamulyan pasien dirujuk kesana dari Puskes atau datang sendiri tahu covid ya dirawat sama dia, karena sudah bisa karena berkaitan dengan pengklaiman,” tambah dr. Hj. Lidya.
Menurutnya, pasien covid semuanya digratiskan dan tidak dipungut biaya, dibayarkan oleh BNPB melalui Kemenkes dan diverifikasi oleh BPJS.
Saat ditanyakan rencana peruntukan eks RSCI usai tidak digunakan kembali, dr, Hj. Lidya menyampaikan dirinya tidak mengetahui nantinya buat siapa.
Namun dirinya menegaskan keberadaan eks RSCI di awal-awal pandemi sangat membantu penanganan dan perawatan pasien-pasien Covid-19.
“Karena kemarin kan ibaratnya kita lagi banyak butuh tempat tidur, terus butuh ruangan, kalau dulu tidak ada CI (eks RSCI) kita pasti kewalahan, terus terang,” ujarnya.(Bambang)
Discussion about this post