KOTA CIREBON, (FC).- Debat Publik perdana yang dihelat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cirebon pada 30 Oktober 2024 yang lalu, diwarnai dengan perdebatan terkait program yang dilontarkan para pasangan calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Cirebon.
Pasca debat publik, Survei Naraya Institute menilai, Paslon Dani-Fitria memiliki keunggulan dari dua paslon lainnya. Hal ini dibuktikan dengan survei yang digelarnya.
Peneliti Naraya Institue Ahmad Fadli Azami kepada Fajar Cirebon, Rabu (6/11) mengatakan, ada yang menilai debat publik yang digelar KPU maupun kelompok masyarakat, sebagai formalitas belaka.Namun menurutnya, debat ini sangat mempengaruhi suara dari pemilih yang bisa berganti pilihannya (swing voter) dan belum menentukan pilihan (undecided voter). Sehingga para paslon seharusnya mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
“Pasca debat, kita melakukan survei dengan menggunakan metode “multi choice random sampling”, kita menanyakan 130 pertanyaan diantaranya terkait debat publik itu sendiri, dengan responden sekitar 600 responden. Dengan margin error 5 sampai 10 persen,” jelasnya.
Ada dua variable yang dihitung, yang pertama rasionalitas dari pemaparan program, kedua ada penguasaan pemahaman dari masing-masing paslon. Dan dampaknya dari kepuasan dari responden itu sendiri.
Dari survei yang dilakukan, adanya konsistensi data dan rasionalitas pemaparan program dari Paslon Dani-Fitria ternyata paling tinggi hasil surveinya, ada diangka 37,8 persen. Sedangkan Edo-Farida diangka 27,5 persen dan Eti-Suhendrik diangka 23,2 persen.
Sementara dari tingkat kepuasan responden secara keseluruhan terhadap debat pertama ini, Dani-Fitria unggul diangka 46,8 persen. Edo-Farida diangka 27,3 persen dan Eti-Suhendrik diangka 20,5 persen. Kemudian calon mana yang menurut responden menguasai pemahaman terhadap masalah utama yang dihadapi kota Cirebon, Dani-Fitria unggul diangka 40,7 persen. Edo-Farida diangka 28,7 persen dan Eti-Suhendrik diangka 20,0 persen.
“Ketika Dani-Fitria memaparkan program, itu tidak direspon atau dikritisi lebih dalam. Bahkan paslon lain ada yang menyetujuinya. Sebaliknya ketika Eti-Suhendrik memaparkan program misalnya seragam gratis, respon mengkritisinya jauh lebih dalam, baik dari Dani-Fitria maupun Edo-Farida. Walaupun Edo mengkritisi secara formalitas saja,” ucapnya.
Ini yang sebetulnya yang dianggapnya secara performa aktivitas Dani-Fitria menguasai jalannya perdebatan itu. Fadli menyebut, pengaruh swing voter dan (undecided voter ini terhadap pemilih bisa mencapai 10 persen.
Survei elektabilitas terakhir, lanjut Fadli, Dani-Fitria diangka 34,7 persen dan Eti-Suhendrik diangka 33 persen kemudia Edo-Farida sekitar 23 persen.
“Nah, pada debat kedua nanti, perbedaan elektabilitas bisa berubah, bila ada gebrakan positif dari para paslon. Apakah Dani-Fitria bisa memperlebar gap, ataukah Eti-Suhendrik bisa melampaui dan mengejarnya. Kita tunggu performa para paslon pada debat kedua nantinya,” tutup Fadli. (Agus)
Discussion about this post