KOTA CIREBON, (FC).- Polemik siapa pewaris tahta di Keraton Kasepuhan belum usai. Rabu pagi (23/11), pihak Sultan Aloeda II atau Raden Rahardjo Djali berencana melakukan penggembokan semua pintu Keraton Kasepuhan. Namun, karena satu dan lain hal niat tersebut diurungkannya.
Dikatakannya, penggembokan keraton dibatalkannya karena adanya permintaan dari Pemerintah Kota Cirebon. Dan menjanjikan suatu mediasi antaara trah dari Keraton Kasepuhan dengan unsur Forkompimda Kota Cirebon.
“Kami batalkan penggembokan ini, karena tadi ada permintaan adari Pemkot Cirebon. Mereka bersedia memfasilitasi suatu mediasi dengan Forkompimda Kota Cirebon,” jelasnya.
Sultan Aloeda II menyebut, alasan penggembokan keraton tersebut adalah untuk pengamanan aset-aset yang ada di Keraton Kasepuhan.
“Tujuan kami adalah, kami tidak menghendaki adanya aset keraton yang hilang atau pun dibawa oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab atau pun yang tidak dikenal oleh keluarga,” ungkapnya.
Dikatakannya pula, jika pertemuan yang diinisiai oleh Pemkot Cirebon tidak terjadi pada Kamis besok, maka dirinya akan kembali ke rencana awal. Yaitu, melakukan penggembokan secara paksa di seluruh pintu Keraton Kasepuhan Cirebon.
“Kami akan tetap melakukan penggembokan. Kami membatalkaan penggembokan ini hanya sementara, untuk menghormati keputusan dari Pemerintah Kota Cirebon,” ucapnya.
Pada saat keliling keraton Sultan Aloeda II merasa prihatin dengan kondisi fisik keraton yang tidak terawat. Beberapa bagian sudah usang dan rusak, bahkan mengkhawatirkan keselamatan penghuni keraton maupun wisatawan yang berkunjung.
“Bisa saya tunjukan di mana beberapa tiang atau pun soko guru di bangsal itu sudah melengkung,” katanya.
Usai tiba di Umah Kulon (kediaman Sultan Aloeda II) di lingkungan Keraton Kasepuhan, Sultan Aloeda II menunjukan sejumlah dokumen legalitas dirinya sebagai pihak yang sah sebagai Sultan di Keraton Kasepuhan.
Diantaranya putusan MK, putusan PN Jakarta, putusan PN Cirebon, surat-surat dari zaman Belanda dan berbagai dokumen yang dinilai penting lainnya.
“Oleh karena itu, kami meminta Lukman untuk segera meninggalkan Keraton Kasepuhan. Karena mulai dari Alexander sampaai ke Lukman tidak memiliki legalitas atas tahta Keraton Kasepuhan. Dan Lukman harus menyerahkan tahta kepada Keluarga Besar Keraton Kasepuhan, bukan kepada saya,” ungkapnya.
Sementara itu, rencana penggembokan Keraton Kasepuhan oleh pihak Sultan Aloeda II ditanggapi oleh Patih Sepuh Keraton Kasepuhan Goemelar Soeriadiningrat, pihak yang selama ini bersebrangan.
“Dasarnya apa untuk penggembokan keraton? Sebetulnya keraton kan bisa dilihat, terawat, terpelihara,” kata Patih Keraton Kasepuhan.
Menurut Goemelar Soeriadiningrat, jika pihak Rahardjo Djali ingin sama-sama memelihara keraton, arahnya bukan dengan saling menghujat dan memfitnah sesama saudara.
“Mangga silakan bersama-sama, bukan carangan dengan menghujat atau memfitnah sesama saudara, begitu” ungkapnya. (Agus)
Discussion about this post