KOTA CIREBON,(FC). – Stop TB Partnership Indonesia (STPI) menghadiri peluncuran kampanye TB Warrior 2.0 yang dilaksanakan di Puro Mangkunegaran Surakarta, Jawa Tengah pada Selasa 20 Juni 2023 pukul 09.00-12.00 WIB.
Tujuan kampanye ini adalah untuk membantu memberdayakan generasi muda dalam mengakhiri tuberkulosis (TBC). Mengingat kasus TBC di Indonesia menduduki peringkat ke-2 dunia setelah India yang didominasi oleh usia produktif yaitu 15 sampai 34 tahun dengan persentase sebesar 33,596.
Tingginya kasus TBC di usia produktif tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang bisa dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan terhadap penyakit TBC.
Hasil survey yang dilakukan oleh STPI pada tahun 2022 kepada 500 responden online dan 100 responden tatap muka berusia 15-39 tahun menghasilkan bahwa hanya 10,44 responden online yang paham bahwa batuk lebih dari 14 hari adalah gejala TBC dan hanya 44 dari survei tatap muka yang memahami hal serupa.
Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok usia 15 39 tahun masih banyak yang belum paham terkait gejala TBC.
Peraturan Presiden (PERPRES) No. 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC mengamanahkan pelibatan komunitas, pemangku kepentingan dan multisektor termasuk swasta untuk bekerja sama dalam penanggulangan TBC.
Kampanye TB Warrior 2.0 (TBW 2.0) yaitu sebuah inovasi untuk meningkatkan pemahaman informasi yang benar dan terpercaya tentang TBC untuk kaum muda terutama mahasiswa melalui digital gamification atau permainan digital.
“Melibatkan generasi muda di Indonesia adalah kunci untuk memerangi TBC, mengingat 40x penduduk Indonesia terdiri dari kaum muda berusia antara 15 sampai 24 tahun. Lebih jauh lagi, tingkat penularan TBC pada kelompok usia ini bisa mencapai 20 kali lebih tinggi daripada populasi kelompok usia lainnya, namun 8296 dari mereka saat ini tidak menscan pengobatan dan perawatan karena kurangnya kesadaran akan gejala TBC, stigma, dan lainnya,” kata Commercial Director Johnson & Johnson Malaysia and Indonesia, Yee Pin Lim melalui keterangan tertulis, Kamis (21/6).
Dalam acara launching tersebut, menurut Koordinator Substansi TBC Kementerian Kesehatan RI dr. Tiffany Tiara Pakasi, melibatkan kaum muda adalah kunci untuk mengubah perilaku dan menghilangkan stigma TBC.
“Melalui kolaborasi dalam menyelenggarakan kampanye TB Warrior 2.0 ini diharapkan dapat menjadi cerminan untuk meningkatkan kesadaran, mengedukasi serta memberdayakan anak muda guna mendukung eliminasi TBC 2030,” ujarnya.
Sementara, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro X mengatakan, setiap anak muda punya peran agent of change untuk menanggulangi masalah TBC.
Mulai dari diri sendiri untuk menyadari dan memeriksakan diri sedini mungkin sehingga apabila terdeteksi TBC bisa segera mendapat pengobatan.
“Kemudian kaum muda harus peduli dan tidak boleh menghakimi Orang dengan TBC. Program skrining gejala TBC pada TB Warrior 2.0 ini juga merupakan pendekatan baru dalam sisi edukasi di bidang teknologi informasi bagi kaum muda,” tambahnya.
Salah seorang penyintas TBC bernama Siti Rofigah Nuriyah menyatakan, teman sebaya menjadi kelompok yang bisa saling menguatkan selama menjalani pengobatan.
“Ketika saya masih berusia 19 tahun di semester 2 perkuliahan, saya harus berhenti karena terdiagnosa TBC. Bingung, marah dan sedih itu campur aduk. Padahal saya mengira TBC itu hanya bisa menjangkit orang tua, orang yang tinggal di tempat kumuh dan orang miskin, namun kenyataannya saya yang masih muda bisa terkena juga. Setelah 5 bulan pengobatan,” katanya.
Kampanye ini akan diimplementasikan di beberapa universitas yang ada di Indonesia.
Dengan dimulainya kampanye TB Warrior 2.0 ini, diharapkan selama proses implementasi kampanye bisa berjalan lancar sehingga membangkitkan kaum muda dalam meningkatkan kesadaran mereka terkait TBC, mendorong perilaku pencarian kesehatan, mendorong peningkatan diagnosis TBC secara dini, hingga akhirnya, memastikan mereka yang terkena dampak bisa menerima perawatan sesuai standar.(Frans/Job/FC)
Discussion about this post