KAB. CIREBON, (FC).- Dampak fenomena El-Nino mengakibatkan 2600 hektare lahan pertanian di Kecamatan Waled dan beberapa desa di Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon mengalami kekeringan yang cukup parah.
Kuwu Cibogo, Kecamatan Waled, Ahmad Hudori menyampaikan, dampak kekeringan mengakibatkan para petani di Kecamatan Waled serta beberapa desa di Kecamatan Babakan yakni Desa Cangkuang maupun Serang Wetan dan Serang Kulon tidak bisa menanam padi maupun palawija.
Menurutnya, para petani di desanya tidak bisa bercocok tanam karena di wilayah Desa Cibogo memang kekeringan, hal tersebut disebabkan kurangnya pasokan air dari Waduk Darma.
“Akibatnya sekitar 104 hektare sawah di Cibogo, dan total lahan pertanian di Kecamatan Waled maupun Desa Cangkuang dan Serang sekitar 2600 hektar mengalami kekeringan,” ujarnya, Selasa (12/9).
Pria yang akrab disapa Ahud ini menyebutkan, saat suplaian air mencukupi, lahan pertanian di desanya bisa melakukan tanam padi hingga tiga kali masa tanam.
“Tahun kemarin masih bisa tiga kali tanam, nah sekarang ini gak bisa, karena pasokan air sedikit, selain itu ada saluran irigasi yang mengalami jebol,” sebut Ahud.
Lebih lanjut Ahud mengungkapkan, pengaturan tata guna dan tata kelola air dari Waduk Darma harus ditinjau ulang, agar saat terjadi kekeringan seperti ini para petani tidak mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air buat lahan pertanian.
“Salah satu solusi pemerintah bisa membangun pompa-pompa air dalam di beberapa titik lokasi, atau perbaikan infrastruktur irigasi dan pengaturan tata kelola air dari Waduk Darma Kuningan,” ungkapnya.
Ahud menambahkan, dalam menindaklanjuti hal tersebut diharapkan pemerintah dapat memberikan solusi nyata agar permasalahan yang selama ini dialami para petani, khususnya terkait pasokan kebutuhan air dapat terselesaikan.
Dengan demikian, lanjut Ahud, akan berimbas meningkatkan produktivitas hasil pertanian khususnya padi, sehingga ketahanan pangan dapat terjaga para petani bisa sejahtera.
“Kami berharap Dinas Pertanian mau turun ke bawah melihat secara langsung lahan pertanian, sehingga bisa mendapatkan solusinya, artinya penanganan dalam mengatasi kekeringan akan seperti apa, dan harus bagaimana,” tegas Ahud.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Hj Samsina mengatakan, bencana kekeringan yang melanda menyebabkan masa tanam padi pada 2023 hanya bisa dilakukan sebanyak dua kali.
“Masa tanam padi yang normal dalam satu tahun itu tiga kali. Tetapi, melihat kondisi kekeringan seperti saat ini kayanya cuma dua kali saja,” kata Nina sapaan akrabnya.
Lahan pertanian padi yang dipastikan hanya bisa melakukan dua kali masa tanam sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Cirebon bagian timur. Lahan pertanian padi wilayah timur itu berada di Kecamatan Greged, Babakan, Mundu, Pangenan, Pabedilan, Gebang, Karangsembung, Pabedilan, Losari, Susukan Lebak, dan Sedong.
Samsina mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan belasan kecamatan tersebut hanya bisa dua kali masa tanam karena adanya pengeringin dari Bendung Cikeusik, Kabupaten Kuningan.
“Saat suplai air berkurang, otomatis berpengaruh terhadap produktivitas,” kata Samsina.
Saat ini, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon dijanjikan oleh Kementerian Pertanian mendapat benih padi untuk 1.500 hektare sawah dan pompanisasi tata kelola air. Bantuan tersebut untuk menjaga produktivitas pertanian padi di Kabupaten Cirebon tidak mengalami penurunan signifikan pada 2023 ini.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat, sekitar 545 hektare lahan pertanian padi di Kabupaten Cirebon mengalami kekeringan akibat fenomena El Nino. Ratusan hektare lahan pertanian tersebut menyebar dari wilayah timur hingga barat. Luas lahan pertanian padi Kabupaten Cirebon itu 6.034,5 hektare dan lebih dari 2.000 hektare sawah bakal mengalami kejadian serupa dalam waktu dekat. (Nawawi)
Discussion about this post