KAB. CIREBON, (FC),- Ribuan hektare lahan pertanian di tujuh kecamatan Kabupaten Cirebon bagian timur mengalami ancaman gagal tanam dan sebagian gagal panen akibat aliran irigasi maneungteung yang berada di hulu Kabupaten Kuningan terganggu akibat longsor yang merusak saluran utama air, meski dalam proses perbaikan namun sementara waktu air tak bisa disalurkan.
Salah satu daerah yang paling terdampak adalah Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang. Desa ini berada di wilayah paling hilir dari sistem irigasi.
Sementara alternatif pengairannya dari sungai juga tidak tersedia, sehingga hanya tergantung pada kelancaran aliran air dari hulu.
Kuwu (Kepala Desa) Gebang Ilir, Subandi, mengatakan bahwa sekitar 97 hektare lahan pertanian di desanya kini dalam kondisi kritis akibat kekeringan.
Ia khawatir, jika kondisi ini terus berlangsung, para petani akan mengalami kerugian besar.
“Suplai air sangat berkurang. Kalau terus seperti ini, sawah tidak bisa ditanami dengan optimal. Ini bisa berujung pada gagal panen,” ujarnya saat ditemui di balai desa, Rabu (30/4)
Subandi menambahkan, kondisi ini sebenarnya bukan baru pertama kali terjadi.
Namun, tahun ini dampaknya terasa lebih parah karena kerusakan saluran irigasi yang belum segera diperbaiki.
Hal senada disampaikan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Gebang Ilir, Warsun. Ia menjelaskan bahwa kekeringan mulai dirasakan sejak dua minggu terakhir.
Seiring berkurangnya aliran air, para petani semakin cemas karena masa tanam padi yang seharusnya dimulai terpaksa tertunda.
“Kalau dalam empat hari ke depan lahan tidak mendapat air, maka petani harus menunda masa tanam hingga satu bulan. Ini berisiko tinggi karena berpengaruh pada hasil panen dan biaya produksi,” kata Warsun.
Menurutnya, situasi ini menunjukkan pentingnya solusi jangka panjang bagi pertanian di wilayah hilir seperti Gebang Ilir.
Ia mengusulkan agar pemerintah membangun sumur dalam sebagai alternatif sumber air untuk lahan pertanian, terutama di musim kemarau atau saat terjadi gangguan irigasi.
“Kami di sini sering tidak mendapat pasokan air saat debit berkurang. Karena posisi desa kami paling ujung, air dari hulu sudah habis duluan. Makanya kami butuh sumur dalam untuk bantu pengairan,” jelas Warsun.
Kondisi ini juga berpotensi memicu krisis ekonomi kecil di tingkat desa. Sebab mayoritas warga di Desa Gebang Ilir menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian.
Jika gagal panen benar-benar terjadi, maka dampaknya tidak hanya dirasakan petani, tetapi juga keluarga mereka dan roda perekonomian desa secara keseluruhan. (Nawawi)
Discussion about this post