KAB. CIREBON, (FC).- Ruang Diskusi Cirebon (RDC) dan sejumlah dinas mengelar audiensi dengan Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon untuk membahas masa depan Pasar Sentra Batik Trusmi yang tak terawat dan sepi pasca-pandemi Covid-19. Padahal, pasar ini berada di lokasi strategis, tepatnya di Jalan Otto Iskandardinata, Weru Kidul, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
Audiensi ini dihadiri oleh pejabat dari Bappelitbangda, Disperdagin, Dinas Pariwisata, Diskominfo, Dishub, dan Disdik. Perwakilan RDC, Ani, mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi pasar yang terbengkalai, menyebutkan bahwa pemerintah kurang matang dalam menganalisis dampak pembangunan pasar tersebut.
“Anggaran yang digelontorkan cukup besar seolah dibuang begitu saja. Apakah ini hanya sekadar menggugurkan kewajiban?” tanyanya.
Ani menekankan bahwa bangunan pasar yang menghabiskan anggaran miliaran rupiah harus dirawat dan dioptimalkan untuk menghasilkan pendapatan bagi daerah serta memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Yang terjadi malah sebaliknya. Jangankan bisa menyumbang pendapatan, kondisinya saja sepi seperti mati suri. Para pedagang banyak yang mengeluh dan rugi,” tambahnya.
Wakil Ketua Komisi II Kabupaten Cirebon, H. Mohamad Ridwan mengungkapkan, tiga poin utama hasil audiensi. Pertama, adanya kesepakatan untuk meningkatkan daya saing Pasar Batik Trusmi. Kedua, pentingnya komunikasi untuk memunculkan ide dan inovasi.
Bagi RDC, ketika mempunyai gagasan untuk menggelar even, tinggal dikomunikasikan saja. Karena tujuannya untuk meramaikan. Kami sepakat,” ujarnya.
Ketiga, Ridwan menekankan pentingnya inovasi.
“Jangan pernah lelah untuk berinovasi. Yakinlah suatu saat pasti berhasil, seperti halnya di Malioboro Yogyakarta. Di sana pasarnya ramai dan jualannya laku keras,” katanya.
Perwakilan dari Bappelitbangda, Dini Dinarsih, menyatakan bahwa hasil audiensi akan disampaikan kepada pimpinannya. Ia menegaskan bahwa meramaikan Pasar Sentra Batik Trusmi membutuhkan sinergi dari semua pihak agar pasar ini kembali menjadi ikon Cirebon dan menghidupkan ekonomi lokal pasca-pandemi.
“Komunikasi intensif telah dilakukan dengan Disperdagin untuk mengembalikan keramaian pasar ini. Kami sering mengadakan kajian dan rapat koordinasi untuk mendorong SKPD terkait agar memperbaiki akses jalan dan memasang lampu tematik,” jelasnya.
Dini juga mengungkapkan bahwa anggaran besar sudah dianggarkan, namun terkendala oleh pandemi Covid-19 sehingga terus dikurangi.
“Usaha kami dari Pemda sudah maksimal untuk menghidupkan kembali pasar ini agar optimal keramaiannya. Namun, kami juga diminta untuk mendesain ulang dan mengatur manajemennya,” pungkasnya. (Suhanan)
Discussion about this post