KAB. CIREBON, (FC).- Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta ternyata yang menginisiasi pendiriannya adalah KH Muhammad Said Pondok Pesantren Gedongan, hal itu terungkap saat pelaksanaan haul ke-92 KH Muhammad Said Pondok Pesantren Gedongan, Desa Ender, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Sabtu (4/3).
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Cirebon, KH Wawan Arwani Amin yang juga masih keturunan keluarga Pesantren Gedongan mengutarakan perjalanan KH M Said selama hidupnya terkait kecintaan beliau dalam mengembangkan ilmu agama.
Dijelaskannya bahwa saking cintanya KH M Said terhadap penyebaran ilmu agama, beliau pernah melaksanakan ibadaha haji dan bertemu dengan salah satu pemuda Indonesia bernama Kiai Munawir sedang belajar agama di Mekah, meskipun Kiai Said baru mengemal namun beliau langsung mendukung penuh Kiai Munawir, dan setiap musim haji beliau menitipkan bekal untuk Kiai Munawir sebesar Rp100.
“Singkat kisah ketika Kiai Munawir pulang ke daerah Kauman Yogyakarta, kemudian menghadap Kiai Said terkait rencana membangun pesantren, namun saat itu dilarang membangun pesantren di daerah Kauman,” paparnya.
Lanjut menurut Kiai Wawan, karena atas petuah Kiai Said, akhirnya Kiai Munawir kemudian mencari tempat lain dan belum bisa diresturi juga oleh Kiai Said, hingga akhirnya Kiai Said menyampaikan bahwa nanti beliau yang menentukan tempat di mana yang pas untuk Kiai Munawir membangun pesantren, berjalannya waktu kemudian Kiai Said menyampaikan ke Kiai Munawir untuk membangun pesantren di wilayah Krapyak Yogyakarta, alasannya saat itu karena Kiai Said melihat di wilayah Krapyak Yogyakarta hampir semua kegiatan apapun ada, kecuali pesantren, tidak ada santri, sehingga saat itu Kiai Munawir membangun pesantren Krapyak Yogyakarta.
“Saat ini Pesantren Krapyak berkembang luar biasa dan lebih berkembang dari Pondok Pesantren Gedongan. Yang kita ambil pelajaran adalah betapa jasa almaghfurlah KH Said dalam pengembangan ajaran agama Islam dan pengembangan pondok pesantren,” ungkapnya.
Lanjut dikisahkan Kiai Wawan, bahwa kecintaan Kiai Said Gedongan dalam nasyrul ilmi (menyebarkan ilmu), beliau juga melakukan penyebaran dengan menikahkan keturunannya dengan para pendiri pesantren lain, KH M Said yang diperkirakan lahir ditahun 1800 M di daerah Tuk Pasawahan, saat itu datang membabad alas gedongan bersama 24 santrinya dan kemudian membangun Pondok Pesantren Gedongan atas perintah romonya KH Murtasyim, di mana tanah tersebut awalnya tanah milik keraton yang telah dihibahkan kepada KH Murtasyim.
Berjalannya waktu, para santrinya dinikahkan dan tinggal menetap di pesantren Gedongan termasuk Ny. Maemunah anak dari Kiai Muta’ad kakak dari Kiai Abdul Jamil pendiri Pesantren Buntet dan adik dari KH Soleh Zamzami pendiri Pondok pesantren Benda Kerep.
“Sebagian kisah menjelaskan kalau KH M Said membangun Pesantren Gedongan karena menghindari kejaran Belanda, karena saat itu beliau terlibat perang Bagus Selangit Kedongdong, dalam menyebarkan ajaran agama dan mengembangkan Pesantren Gedongan, para santrinya dinikahkan awalnya dari 24 santri akhirnya berkembang,” jelasnya.
Dijelaskan Kiai Wawan, dalam nasyrul ilmi KH Said, menyebarkan ilmu ternyata pertama dengan cara menikahkan santri, keturunan Kiai Said, setidaknya ada dua anaknya Ny Amenah dan Kiai Nakhrowi yang dinikahkan dengan dengan anaknya Mbah KH Saleh Zamzami.
Kiai Nakhrowi menikah dengan Ny Khumaerah, KH Said juga menikahkan anaknya dengan anak KH Ahmad Zidny putra KH Ahmad Jazuli Putra KH Anwaruddin Kriyan salah satu yang meneruskan Pesantren Buntet, juga anak-anak lainnya, dan saat ini keturunan-keturunannya menyebar di berbagai tempat di Pesantren Lirboyo, Pesantren Buntet, Pesantren Benda Kerep, Pesantren Kempek, Pesantren Banten, Pesantre Demak dan lainnya banyak keturunan KH Said yang mengembangkan pondok pesantren lainnya.
“Atas riwayat KH Said Gedongan bahwa beliau adalah ulama yang pantes, layak dan patut di hauli dan disebarkan manaqibnya, semoga mendapat rahmat dari Allah, ini adalah salah satu alasannya kenapa harus melaksanakan haul KH Muhammad Said,” pungkas Kiai Wawan. (Nawawi)