KUNINGAN, (FC).- Penutupan ruas jalan Siliwangi khususnya di depan kawasan Pertokoan Siliwangi Kabupaten Kuningan, usai pemindahan sekaligus penataan pedagang kaki lima (PKL) dan parkir ke Puspa Siliwangi menuai polemik di kalangan masyarakat.
Bahkan dampak signifikan terhadap perekonomian pengusaha Pertokoan Siliwangi sangat terasa.
Belum lagi para pengendara yang hendak menuju lokasi di kawasan Taman Kota, mesti memutar arah akibat penutupan akses jalur utama pusat kota.
Hal ini menyebabkan kemacetan di beberapa titik yang biasanya saat pagi hari, khususnya di pertigaan Bank BNI.
Elit Nurlitasari selaku warga Kuningan menyebut, jika kebijakan tersebut mestinya melibatkan pihak-pihak terdampak untuk berdiskusi langsung.
Jangan sampai dengan kebijakan yang ada, justru menimbulkan polemik dan protes warga.
“Karena saya mendengar para pedagang di Pertokoan Siliwangi mengeluh. Itu akibat mengalami penurunan drastis omzet sejak penutupan jalan, sehingga sepi pembeli,” ungkap Elit.
Selain itu, lanjut Elit, para pedagang mengeluhkan bahwa jarak yang cukup jauh antara lokasi parkir dan pertokoan menyebabkan sepinya pembeli.
Selain itu, masalah bongkar muat angkutan dan pengiriman barang berat menjadi kendala tambahan yang dihadapi para pedagang akibat penutupan jalan.
“Sejumlah pedagang menyatakan kekecewaan mereka terhadap keputusan penutupan jalan tersebut. Salah satu pedagang bahkan mengungkapkan bahwa omzetnya turun hingga 80 persen pasca penutupan jalan,” kata Elit.
Elit melihat, masalah parkir yang jauh dari tempat usaha juga menjadi perhatian para pedagang.
Bahkan para pedagang Pertokoan Siliwangi berpendapat, penutupan jalan seharusnya tidak bersifat total, melainkan kendaraan masih diizinkan melewati area tersebut untuk keperluan pengiriman atau pengambilan barang hingga menurunkan penumpang angkot.
“Dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh para pedagang, penyelesaian yang adil dan berkelanjutan perlu diupayakan agar revitalisasi PKL dan parkir dapat berjalan dengan baik, tanpa mengorbankan perekonomian para pelaku usaha kecil. Sehingga kebijakan itu bersifat mensejahterakan rakyat, kalau memang merugikan ya tinjau ulang atau evaluasi, karena tujuan utama kebijakan daerah demi kesejahteraan masyarakat,” jelas Elit.
Sementara itu, para pedagang mengeluh omzet mereka anjlok total akibat penutupan jalan Siliwangi.
Omzet para pedagang mengalami penurunan drastis terjadi di mulai hari pertama penutupan Jalan Siliwangi.
Selain itu, permasalahan angkut dan drop barang berat pun menjadi alasan para pedagang mengeluhkan ditutupnya jalan siliwangi.
Sebagaimana kita ketahui, toko elektronik, dan toko sepeda tentunya memerlukan mobilisasi untuk angkut barang.
“Ini mah malah nyusahin kita. Kita sudah bayar sewa ke Pemda untuk 10 tahun. Kok kita diginiin sama Pemda?,” ujar salah pemilik usaha di pertokoan Siliwangi yang enggan disebutkan namanya,
Dirinya mengaku, paska penutupan tokonya mengalami penurunan omzet hingga 80 %. Apalagi barang yang dijualnya merupakan barang berat.
“Parkiran ada di belakang tapi kan cukup jauh dan naik turun tangga,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan salah seorang karyawan Toko Mas Macan, Yudi yang menyebutkan, sepinya pembeli yang datang.
“Untuk penataan sih bagus, tapi dampak ke tokonya ya sepi. Biasanya pembeli banyak bahkan kita tidak ada waktu untuk leha-leha. Sekarang lihat saja banyak pegawai yang nganggur tidak melayani,” kata Yudi didampingi Melani dan Hesty.
Yudi mengatakan, omzet toko tempatnya bekerja mengalami penurunan hingga 50 %. Meskipun dari tempat penutupan hanya 100 meter tapi untuk parkir cukup jauh ada juga yang harus mutar lewat belakang.
“Mungkin banyak konsumen yang enggan berjalan cukup jauh apalagi cuaca panas,” kata Yudi.
Seharusnya, masih Yudi, tidak ditutup total untuk kendaraan biarkan saja bisa lewat untuk drop atau angkut saja. Parkir saja yang dilarang.
“Kalau mau seperti Malioboro, kan kendaraan masih bisa lewat dan masih ada para pedagang. Ini mah gak ada, kalau sudah tutup toko ya sepi jadinya. Gelap lagi,” kata Yudi.
Bahkan, Melani pegawai Toko Mas Macan lainnya merasa khawatir akan terjadi pemutusan hubungan kerja jika situasinya seperti ini terus.
Hal serupa pernah terjadi pada saat pandemi Covid-19, Sebagian pegawai harus dirumahkan karena turunnya omzet.
“Kalau begini terus, kita juga khawatir akan terjadi PHK. Biasanya kalua malam kita pulang berani jalan sendiri. Semenjak ditutup, kita gak berani jalan sendirian karena sepi dan gelap,” ungkap Melani.
Mereka berharap, Pemda Kuningan dapat mengkaji ulang penutupan Jalan Siliwangi, sehingga tidak merugikan banyak orang. (Ali)