MAJALENGKA, (FC).- Informasi rencana mogok massal yang akan dilakukan oleh kelompok paguyuban tahu-tempe Jawa Barat (Jabar), akan di ikuti oleh para pengrajin tahu tempe yang ada di wilayah Kabupaten Majalengka.
Informasi tersebut sudah terdengar sampai telinga para pengurus Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Kopti) Majalengka. Menyikapi hal itu, Kopti Majalengka menyarankan agar hal itu tidak diikuti oleh perajin tahu-tempe di kota angin, julukan daerah Kabupaten Majalengka.
Sekretaris Kopti Majalengka, Abdullah Amin mengatakan, masih menunggu kebijakan dari Puskopti Jabar menjadi salah satu alasan pihaknya menyarankan hal tersebut. Sembari menunggu, pihaknya untuk sementara mengkondisikan agar perajin tahu-tempe di Majalengka agar tidak mogok produksi.
“Kalau untuk sementara kita kondisikan untuk tidak mogok produksi,” ujar Abdullah kepada wartawan, Kamis (13/10).
Selain itu, pihaknya juga secara lembaga belum mengambil sikap apakah ikut andil untuk tidak produksi selama beberapa hari ke depan sesuai rencana yang akan dilakukan oleh paguyuban tahu-tempe Jabar. Sekali lagi, apa pun nanti yang akan diinstruksikan oleh Puskopti Jabar, pihaknya akan mengikutinya.
“Kita belum ambil sikap apakah mesti ikut atau tidak. Yang pasti kita secara lembaga mengikuti kebijakan dari Puskopti Jabar,” ucapnya.
Sementara, di Kabupaten Majalengka sendiri, Desa Cisambeng yang berada di Kecamatan Palasah menjadi lokasi sentra produksi tahu-tempe di Kota Angin. Sedikitnya, ada ratusan perajin tahu-tempe dari skala rumahan hingga pabrik, yang setiap harinya memproduksi ratusan kilogram produk makanan yang terbuat dari kedelai tersebut.
Seperti diketahui, perajin tahu tempe se-Jawa Barat kembali mengancam mogok produksi menyusul meroketnya harga kedelai dalam beberapa waktu terakhir ini. Rencananya mogok akan digelar pada tanggal 17-19 Oktober 2022 nanti.
Terpisah, Saman seorang pengrajin tahu tempe asal Desa Cisambeng Kecamatan Palasah, mengakui usaha yang dirintis lima tahun lalu saat ini dirasa cukup berat.
Hal ini disebabkan harga kedelai yang meroket. Sebelum harga kedelai naik penghasilan disetiap harinya bisa untuk menutup kebutuhan sehari berikut sedikit menabung. Namun setelah harga kedelai meroket produksi tahu tempenya dirasa cukup berat.
“Menaikan harga jual tahu tempe jelas tidak mungkin, memperkecil ukuran juga dirasa tidak mungkin juga. Saat ini pengrajin tahu tempe usahanya diujung tanduk, dari itu rencana mogok produksi adalah salah satu ikhtiar pengrajin tahu tempe, agar keluhannya di dengar oleh pemerintah,” ujar Saman.
Diharapkannya pemerintah segera turun tangan membenahi harga kedelai agar kembali normal, sehingga para pengrajin tahu tempe bisa kembali produksi seperti biasa tanpa harus dihantui rasa merugi. (Munadi)
Discussion about this post